Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Trans Sulawesi di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Jumat (24/7/2020). Jalur Trans Sulawesi yang sempat terputus akibat tertutup material lumpur usai diterjang banjir bandang pada senin (13/7) lalu itu kini sudah | ANTARA FOTO/Moullies

Nusantara

22.655 Jiwa Terdampak Banjir dan Longsor di Sulut

Beberapa daerah di Sulteng berpotensi besar diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

JAKARTA – Seorang warga dilaporkan meninggal dunia dan sebanyak 7.046 kepala keluarga (KK) atau 22.655 jiwa terdampak banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara (Sulut). Pemerintah setempat telah menetapkan status tanggap darurat hingga 6 Agustus.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan, keseluruhan warga yang terdampak tersebut terbagi di tujuh wilayah kecamatan. Bencana sejak Jumat (31/7) itu terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur seluruh wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan menyebabkan beberapa sungai besar meluap sehingga air masuk ke permukiman warga.

“Beberapa sungai yang meluap tersebut meliputi Sungai Bolangaso, Sungai Toluaya, Sungai Salongo, Sungai Nunuka, Sungai Mongolidia, Sungai Milangodaa, dan beberapa sungai lainnya,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (3/8).

Kendati sebagian besar sudah surut, air dapat kembali naik apabila hujan deras mengguyur wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam periode yang cukup lama. Terlebih, hingga saat ini, hujan masih sering terjadi sebagaimana hal itu juga telah diprakirakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait curah hujan tinggi di wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo, dan wilayah lain di bagian utara Indonesia.

Sementara itu, ia menyebut, dampak kerusakan yang disebabkan bencana tersebut mulai dari 29 unit rumah hanyut, 64 unit rumah rusak berat, lima unit jembatan rusak berat, dan lima ruas jalan rusak. Hal itu sekaligus menyebabkan tiga kecamatan, seperti Kecamatan Helumo, Kecamatan Tomini, dan Kecamatan Posigadan terisolasi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah melaporkan bahwa curah hujan di daerah itu hingga kini dan ke depan masih tinggi sehingga perlu mendapat perhatian dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. “Beberapa wilayah di Sulteng masih menghadapi cuaca ekstrem,” kata Kepala BPBD Provinsi Sulteng Bartholomeus Tandigala.

Dia mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG setempat, beberapa daerah di Sulteng berpotensi besar diguyur hujan dengan intensitas tinggi. Karena itu, semua pihak tetap diingatkan untuk waspada dan ekstra hati-hati sebab dalam kondisi curah hujan yang tinggi sangat berpotensi besar terjadi banjir dan tanah longsor.

Apalagi, kata Bartholomeus, daerah ini memiliki banyak sungai dan struktur tanah labil. Saat hujan di atas normal, banjir bandang bisa terjadi sewaktu-waktu. Begitu juga dengan tanah longsor sebab kondisi tanah yang labil.

Banjir juga terjadi di Distrik Tembagapura, Papua. Kepala Distrik Tembagapura Thobias Jawame menyatakan, tidak ada korban jiwa dalam musibah tanah longsor disertai banjir bandang yang menimpa sejumlah kampung di kawasan Aroanop, Distrik Tembagapura, akhir pekan lalu.

“Ada delapan rumah rusak, gedung sekolah agak miring karena terkikis air hujan, enam jembatan gantung rusak, dan beberapa kandang ternak rusak bahkan tersapu oleh banjir,” kata Thobias.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat