Sejumlah warga mengantre untuk mengambil paket bahan pokok gratis di Warung Bahan Pokok Gratis Muhammadiyah (WarungMu) di Masjid Raya Mujahidin, Jalan Sancang, Kota Bandung, Rabu (6/5). | Republika/Abdan Syakura

Kabar Utama

Amal Usaha Ormas Terdampak Covid-19

Keberlangsungan amal usaha berpengaruh terhadap pengurangan pengangguran.

JAKARTA -- Pandemi Covid-19 berdampak pada amal usaha yang dimiliki organisasi keagamaan. Pemerintah perlu juga memperhatikan kondisi amal usaha ormas keagamaan karena jumlahnya yang cukup besar. 

Salah satu ormas Islam yang memiliki banyak amal usaha adalah PP Muhammadiyah. Amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah di antaranya bergerak di bidang pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, dan ekonomi. 

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyampaikan, berdasarkan data tahun 2019, terdapat 162 perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiah (PTM/PTMA). Total mahasiswa mencapai 89.421 orang, dosen 17.729 orang, dan sekitar 9.000 karyawan. 

Muhammadiyah melalui organisasi wanita Muhammadiyah, yakni Aisyiah juga memiliki 107 rumah sakit dan 245 klinik dengan jumlah karyawan sekitar 17 ribu. Jumlah lembaga pendidikan PAUD dan sekolah, madrasah, pesantren sekitar 30 ribu.   "Lebih dari 60 ribu orang bekerja di Muhammadiyah dan Aisyiah. Itu belum termasuk mereka yang bekerja paruh waktu," kata Mu'ti kepada Republika, Ahad (2/7).

photo
Petugas membungkus bantuan paket sembako di MDMC Muhammadiyah, Yogyakarta, Rabu (22/4). - (Wihdan Hidayat/ Republika)

Mu'ti mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak terhadap kondisi ekonomi yang sangat serius. Sekitar 50 persen mahasiswa tidak membayar SPP sebagaimana mestinya. Demikian halnya dengan sekolah/madrasah. Pasien rawat jalan/inap di rumah sakit juga turun drastis.  "Berbagai usaha yang dikelola Majelis Ekonomi juga mengalami penurunan," katanya.

Menurut dia, Muhammadiyah harus berjuang ekstra keras untuk bisa bertahan karena tetap harus membayar gaji dosen, dokter, perawat, dan pegawai sebagaimana mestinya. Di rumah sakit, reimburse dari pemerintah baik untuk layanan BPJS dan Covid-19 sering kali tidak tepat waktu. "Pemerintah tidak hanya menghitung dampak ekonomi mereka yang bekerja di perusahaan," katanya.

Mereka yang bekerja di sektor sosial seperti Muhammadiyah juga harus mendapatkan perhatian serius. Kehidupan dan keberlangsungan amal usaha akan berpengaruh terhadap pengurangan pengangguran. Muti mengatakan, apabila amal usaha tidak sehat, mungkin saja Muhammadiyah harus realistis melakukan pemutusan hubungan kerja atau merumahkan pegawai. "Dalam situasi sulit tersebut Muhammadiyah tetap aktif dalam program penanganan Covid-19," katanya.

Sampai saat ini ada sebanyak 79 rumah sakit Muhammadiyah yang melayani pasien Covid-19 dengan melibatkan lebih dari 67 ribu relawan dokter, perawat, dan konsultan. Laporan terakhir per 31 Juli, Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) telah mengeluarkan anggaran sekitar Rp 182 miliar.

Mu'ti mengatakan, dana tersebut belum termasuk biaya perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit Muhammadiyah/Aisyiah. "Perlu langkah percepatan dan terintegrasi dalam penanganan Covid-19 dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan."

photo
Guru SMP Muhammadiyah Program Khusus Kotta Barat membuat cairan pembersih tangan (hand sanitizer) berbahan sayuran dan buah di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Selasa, (17/3). Produk cairan pembersih tangan yang terbuat dari lidah huaya, daun sirih, kulit jeruk dan kulit rambutan tersebut menurut literasi mengandung antispetik yang mampu membunuh kuman dan virus - (ANTARA FOTO)

Ketua umum Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Faisol Nasar bin Madi mengatakan, lembaga pendidikan Al-Irsyad ikut terdampak pandemi. Apalagi, wali murid saat ini memiliki keinginan yang bermacam-macam. Tak sedikit wali murid yang meminta untuk pemotongan biaya SPP.

Sementara itu, guru atau karyawan di lembaga pendidikan Al Irsyad banyak yang digaji melalui biaya SPP tersebut. Jika dilakukan pemotongan, maka lembaga pendidikan pun tidak berjalan dengan semestinya. 

"Kadang-kadang yang sangat sulit adalah minta pengurangan biaya pendidikan. Itu yang berat kita. Karena, kalau swasta gaji karyawan dan guru itu dari SPP. Jadi, secara ekonomi lembaga pendidikan kita ikut terdampak," ujar Faisol, kemarin. 

Dia menjelaskan, amal usaha pendidikan Al-Irsyad di seluruh Indonesia berjumlah sekitar 200-an. Menurut dia, beberapa lembaga pendidikan Al-Irsyad ada juga yang masih dapat memenuhi keinginan wali murid tersebut. Karena, keuangannya mampu dikelola dengan baik. 

Selain membangun amal usaha pendidikan, Al Irsyad membangun amal usaha rumah sakit di beberapa daerah di Indonesia dan membangun Lembaga Amil Zakat (LAZ). Bahkan, menurut dia, Al Irsyad kini memulai usaha secara daring untuk menjalankan roda ekonomi organisasi. 

Faisol  berharap semua amal usaha Al-Irsyad tetap melakukan penghematan di tengah kondisi Covid-19. Karena, menurut dia, tidak ada yang mengetahui kapan pandemi Covid-19 berakhir. 

 
Kadang-kadang yang sangat sulit adalah minta pengurangan biaya pendidikan. Itu yang berat kita. Karena, kalau swasta gaji karyawan dan guru itu dari SPP. Jadi, secara ekonomi lembaga pendidikan kita ikut terdampak.
 
 

Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) menyampaikan, para tenaga pendidik yang dimiliki ormas amat terdampak adanya pandemi Covid-19. Wakil Ketua Umum PP Persis Ustaz Jeje Zaenudin mengatakan, Persis memiliki ribuan tenaga pendidik dan kependidikan dari jenjang TK sampai dengan perguruan tinggi yang mengandalkan penghidupan dan ekonomi keluarga mereka dari kegiatan pendidikan. 

Ia mengatakan, para tenaga pendidik terdampak karena kegiatan pendidikan terganggu. Selain itu, banyak orang tua murid dan santri meminta dispensasi dan penangguhan pembayaran sumbangan wajib pendidikan. Hal tersebut membuat anggaran penggajian para ustaz dan guru di pesantren juga banyak yang mengalami defisit.

Ustaz Jeje menerangkan, sektor penunjang kegiatan ormas seperti amal usaha yang berskala kecil dan menengah milik ormas juga mengalami kemunduran. Bahkan sebagian sudah tidak beroperasi sama sekali, seperti biro haji dan umrah.

"Sedang penunjang operasional kegiatan ormas melalui gerakan filantropi termasuk di dalamnya zakat, infak, sedekah, wakaf, dan donasi lainnya juga sama mengalami penurunan sebagai dampak menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

Menurut dia, pemerintah sebaiknya juga membuat program penyaluran dana bantuan pendidikan yang berada di bawah naungan ormas-ormas menjadi lebih besardi masa pandemi ini. Selain itu memberi bantuan permodalan kepada usaha kecil dan menengah yang dikelola untuk kepentingan operasional ormas atau memberi pinjaman usaha yang disalurkan melalui bank-bank Syariah yang banyak bermitra dengan ormas. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat