Dr Sabeel Ahmed merupakan ahli medis yang mencurahkan hidupnya di jalan dakwah Islam di Amerika Serikat. | DOK SabeelAhmad.com

Hiwar

Dr Sabeel Ahmed: Masa Keemasan Dakwah Islam di Amerika

Saya kerap menyampaikan bahwa kita mungkin berada dalam zaman keemasan dakwah Islam.

Dakwah Islam di Amerika Serikat (AS) terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Sejak permulaan abad ke-21, kian banyak tantangan dalam mensyiarkan Islam di Negeri Paman Sam.

Apalagi, sesudah peristiwa serangan terorisme yang menghantam Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York City pada 11 September 2001 silam. Hanya karena pelakunya mengatasnamakan Islam, sebagian publik Barat pun melayangkan stigma terhadap agama ini dan seluruh Muslimin.

Islamofobia terasa makin nyata di AS sejak tragedi 9/11. Bagaimanapun, manusia punya rencana, tetapi yang berlaku dan terbaik adalah rencana Allah SWT. Ternyata, 9/11 menjadi momentum kebangkitan dakwah di AS. Dikutip dari Direktur Jamaica Muslim Center AS Imam Shamsi Ali, sekitar 20 ribu orang AS memeluk Islam setiap tahunnya dalam beberapa tahun belakangan (Republika.co.id, 7/6).

Untuk meneropong geliat syiar Islam di sana, baru-baru ini Presiden Nusantara Foundation itu mengundang Dr Sabeel Ahmed dalam sebuah bincang-bincang daring. Dai kelahiran India itu berprofesi sebagai dokter di Chicago, tetapi sangat aktif dalam berbagai kegiatan dakwah di AS.

Berikut petikan perbincangan itu, seperti dilansir Republika dari siaran Facebook live Imam Shamsi Ali beberapa waktu lalu.

Bagaimana Anda memahami dakwah Islam?

Allah SWT berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 21, artinya, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."

Maknanya, dalam diri beliau (Rasulullah SAW) itu terdapat suri teladan yang baik. Dan, sepanjang hayatnya beliau terus berdakwah Islam, dengan segala cara yang baik dan tersedia pada zamannya.

Beliau berdakwah kepada semua orang, mulai dari orang biasa hingga pemimpin masyarakat. Beliau melakukan safar (perjalanan jauh) untuk berdakwah, mengetuk dari rumah ke rumah, dari kota ke kota, untuk menyampaikan risalah agama ini.

Kita pun sepatutnya meniru beliau. Apalagi, Allah telah memberkahi zaman kita dengan berbagai kemudahan platform (komunikasi). Bagaimanapun, metode terbaik untuk menarik orang-orang kepada Islam tentunya melalui cerminan diri pribadi kita, perilaku kita sehari-hari. Kemudian, kita menyampaikan secara verbal.

Apakah dakwah hanya dapat dilakukan kalangan tertentu?

Mengajak orang-orang kepada Islam tak terbatas pada peranan ustaz atau alim ulama atau lulusan kampus-kampus ternama di Madinah, al-Azhar (Mesir), dan sebagainya. Menurut saya, dakwah juga bisa dilakukan siapa saja.

Kita bisa melihat pada contoh para sahabat Nabi Muhammad SAW. Begitu memeluk Islam, mereka pun menyebarkan Islam kepada sanak keluarganya, teman-teman, dan lingkungan terdekat.

Nabi SAW pun begitu dalam menyebarkan Islam. Mula-mula kepada orang-orang terdekatnya dahulu, juga sahabatnya, semisal Abu Bakar ash-Shiddiq. Maka, sahabatnya (yang telah memeluk Islam --Red) lantas menyampaikannya kepada orang lain.

Ingat, para sahabat tak menunggu sampai Alquran turun seluruhnya. Mereka tak menunggu terlebih dahulu hingga seluruh hukum Islam (syariat) dibukukan. Mereka terus menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi SAW juga pernah bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat." Jadi, semua Muslim sudah seyogianya menjadi mubaligh, menyampaikan ajaran Nabi SAW kepada manusia. Mungkin porsinya bisa berbeda-beda. Ada mungkin yang penuh waktu atau paruh waktu. Namun, pada intinya tetap setiap orang Islam dapat melakukan apa yang bisa mereka lakukan.

Menurut Anda, apakah tantangan utama dalam berdakwah?

Kalau saya melihatnya tantangan-tantangan itu datang dari internal kita umat Islam sendiri maupun dari non-Muslim. Ini bisa dilihat dari satu contoh saja, yakni fenomena Islamofobia.

Kalau saya melihatnya, Islamofobia tidak semata-mata ketakutan atau kadang-kadang kebencian orang-orang terhadap Islam. Islamofobia pun bisa ditimbulkan dari reaksi mereka (pembenci Islam) terhadap ketidakaktifan kita umat Islam.

Dalam arti, mereka bereaksi karena ketidaktahuan mereka terhadap Islam. Dan, ketidaktahuan mereka itu dalam batas tertentu juga disebabkan kita yang kurang aktif dalam menyiarkan ajaran Islam.

Saya mengibaratkannya seperti seorang dokter. Jika kondisi pasien memburuk, dokter yang menanganinya pun bisa disalahkan. Umpamanya, dokter itu tidak memberikan resep yang tepat.

Sementara itu, Alquran dan sunah merupakan resep atau petunjuk bagi umat manusia. Banyak orang, termasuk non-Muslim, menemui berbagai persoalan dalam kehidupan. Padahal, Allah SWT sudah menyediakan solusi berupa Islam, melalui Alquran. Maka, kita kaum Muslimin adalah dokter spiritual bagi kemanusiaan.

Bagaimana Anda mengamati perkembangan dakwah Islam di AS?

Masya Allah, perkembangannya cukup menggembirakan! Anda tahu, saya kerap menyampaikan kepada sesama Muslimin di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, dan negara-negara minoritas Muslim bahwa kita mungkin berada dalam zaman keemasan dakwah (golden age of dakwah). Khususnya di AS, saya menyaksikan dan merasakan hal itu.

Kalau dahulu dikatakan bahwa Islam telah mencapai puncak keemasan pada bidang sains, teknologi, dan pendidikan. Dan, di sinilah kita, setidaknya sejak 2016, berada dalam masa keemasan dakwah di AS.

Pasalnya, makin banyak orang yang penasaran atau sibuk mencari tahu tentang Islam. Mereka tertarik pada Islam setelah mendengarkan berbagai pemberitaan di media-media arus utama (mainstream). Anda tahu, media-media itu sering meliput tentang Islam. Mereka menghabiskan dana jutaan atau miliaran dolar (untuk siaran).

Namun, para pemirsanya juga adalah manusia biasa. Mereka mudah penasaran tentang apa yang media-media siarkan itu. Mereka lantas berusaha mencari tahu dari Muslim, terjemahan Alquran, atau berbagai bacaan.

Kalaupun ada kekuatan yang hendak mendorong orang-orang agar menjauh dari Islam, yakni dengan melancarkan informasi yang bias dan diskriminatif tentang Islam, yang terjadi justru sebaliknya. Orang-orang malah kian tertarik mempelajari Islam.

Bagaimana pengalaman Anda sejauh ini dalam berdakwah?

Saya terlibat dalam berbagai kegiatan dakwah di AS. Salah satunya adalah gelar griya (open house) masjid-masjid. Dalam arti, kami mengundang warga sekitar, apa pun agama mereka, untuk datang ke masjid.

Di sana kami menjamu mereka. Kami pun saling berkenalan, bersosialisasi, berbincang, dan mengobrol. Dalam kesempatan itulah kami menjelaskan tentang apa itu Islam dan bagaimana ajarannya. Pasalnya, sering saya mendapati kebanyakan orang Amerika memersepsikan Islam hanya melalui pemberitaan di media-media (tanpa pernah langsung bertemu Muslim-- Red).

Faktanya, orang-orang penasaran sehingga makin banyak dari mereka yang datang ke masjid. Alhamdulillah, sejak 2016 hingga kini, kami mengadakan lebih banyak acara gelar griya masjid bila dibandingkan masa 25 atau 50 tahun belakangan.

Dalam empat atau lima tahun belakangan, makin banyak peserta acara gelar griya masjid yang kami selenggarakan bila dibandingkan 25 tahun silam. Sejak 2016 pula, makin banyak pemberitaan yang meliput berbagai kegiatan dakwah. Ribuan orang non-Muslim datang ke gelar griya masjid yang kami adakan. Bukan hanya warga, melainkan juga beberapa pejabat setempat dan politikus.

Selain bertemu tatap muka, kami juga membuka saluran dakwah via telepon. Kami terbuka bagi siapa saja yang ingin menghubungi. Tim kami siap menerima telepon 24 jam dalam sehari dan sepekan. Dan, dalam lima tahun belakangan ini kami menerima lebih banyak telepon dibandingkan 25 tahun lalu berturut-turut.

Banyak dari mereka yang meminta agar dikirimi (terjemahan) Alquran, baik dalam bahasa Inggris maupun Spanyol. Dan, kami pun memenuhi permintaan itu. Selain itu, kami mengirimkan buku biografi tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, kutipan-kutipan hadis Nabi SAW, serta buku 50 tanya jawab umum seputar Islam.

Kami mencatat, sejak 2016 kami mengirimkan lebih banyak paket bacaan daripada tahun-tahun sebelumnya. Artinya, keingintahuan orang-orang Amerika terhadap Islam terdeteksi makin meningkat sejak tahun itu.

Anda optimistis terhadap masa depan dakwah di AS?

Hemat saya, inilah masa keemasan dakwah Islam di Amerika Serikat. Dahulu, ayah dan kakek kita sering menceritakan masa-masa keemasan Islam pada bidang sains, teknologi, dan pendidikan. Itu terjadi berabad-abad silam. Dan, tak menutup kemungkinan, pada abad ke-21 kini kita menyaksikan suatu puncak kegemilangan dakwah Islam, termasuk di AS.

Inilah yang dapat kita ceritakan kepada anak cucu kita kelak. Maka dari itu, kita harus terus berupaya, melalui berbagai platform yang tersedia. Insya Allah, dengan pertolongan-Nya, kita dapat menunaikan tugas dakwah ini dengan baik.Kita mungkin berada dalam zaman keemasan dakwah.

photo
Kaum Muslimin di Amerika Serikat terus meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. - (NEEDPIX)

Dialog dan akhlak jadi pintu hidayah

Dr Sabeel Ahmed merupakan seorang dai asal Chicago yang aktif menjadikan media sosial sebagai tempat mensyiarkan Islam. Saluran Youtube yang dikelolanya dilanggani tak kurang dari 175 ribu orang. Video yang diunggahnya rata-rata ditonton ratusan ribu kali.

Bagaimanapun, keaktifannya tak hanya di dunia maya. Ia memimpin Gain Peace Project, yang berfokus pada penyelenggaraan kampanye dan dialog untuk memperkenalkan Islam kepada rakyat Amerika. Beberapa aksi yang rutin dilakukan Gain Peace adalah memasang iklan berisikan pesan-pesan Islami di baliho-baliho atau badan bus. Selain itu, gerakan ini beriklan melalui siaran televisi, radio, dan media cetak.

Terkait ini, ia menuturkan suatu pengalaman menarik yang terjadi pada dirinya beberapa tahun lalu. Waktu itu ia terlibat langsung dalam proyek dakwah di Chicago. Ia dan rekan-rekannya memasang stan di pinggir jalan, dekat halte bus.

Kemudian, seorang perempuan kulit putih mendatangi Sabeel dan kawan-kawan. Wanita itu mengatakan, dirinya sudah melihat iklan Gain Peace Project dan mengaku senang dengan pesan yang ditampilkan di sana.

"Kami pun mengobrol dengannya selama satu setengah jam. Perempuan Kaukasian kulit putih ini mengaku setuju dengan pandangan Islam bahwa hanya ada satu Tuhan. Lantas, ia bertanya, 'Bagaimana caranya aku menjadi Muslim?' Alhamdulillah, kami membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat di lokasi," tutur Dr Sabeel Ahmed dalam acara bincang-bincang bersama Imam Shamsi Ali, seperti dilansir dari Facebook live Imam Shamsi Ali, Rabu (29/7/2020).

Beberapa bulan kemudian, Sabeel mendapatkan informasi bahwa ibunda perempuan itu kaget begitu tahu anaknya memeluk Islam. Bahkan, ibunya itu sampai datang ke Chicago untuk memaksa putrinya agar kembali pada agama lamanya.

"Namun, begitu ia datang dan menemui langsung putrinya itu, bertemu dengan tim kami, ia menyadari betapa Islam telah mengubah putrinya itu menjadi pribadi yang lebih baik," ujar Sabeel.

Ya, perempuan mualaf itu diketahui sudah memiliki anak-anak. Sejak ia menjadi Muslim, ibundanya merasa putrinya itu lebih sopan dalam memperlakukan dirinya. Begitu pula dengan anaknya. Mereka pun makin baik dalam bersikap terhadap neneknya.

Dalam acara yang sama, Imam Shamsi Ali juga menceritakan pengalamannya. Tak lama setelah peristiwa 9/11, Presiden Nusantara Foundation itu menjadi pembicara dalam forum dialog di New York City. Tiba-tiba seorang pemuda kulit putih nan bertubuh kekar masuk dan berteriak, mencaci maki Nabi Muhammad SAW.

Imam Shamsi mengenang, waktu itu ia sempat ingin marah. Namun, seketika ia sadar, pada momen inilah ia harus menunjukkan akhlak yang baik, sebagaimana contoh dari Rasulullah SAW sendiri. Maka, Imam Shamsi hanya meminta hadirin untuk tetap tenang dan acara pun berlanjut hingga usai.

Sesudah acara, Imam Shamsi mencoba untuk mendekati si pemuda tadi dan mengajaknya bersalaman. Sepekan kemudian, ia datang lagi sehingga Imam Shamsi memintanya untuk belajar tentang Islam.

"Singkat cerita, saya kemudian mendapatkan kabar bahwa dia sudah memeluk Islam setelah mempelajari Islam enam bulan lamanya. Alhamdulillah, dari yang tadinya membenci Islam menjadi cinta terhadap Islam," ujar mubaligh asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, itu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat