Bertransaksi secara non tunai | Freepik

Inovasi

Fitur Keuangan untuk Bantu Melalui Pandemi

Masyarakat kini lebih berhati-hati dalam mengelola keuangannya. 

 

Masa adaptasi kebiasaan baru telah mengubah kebiasaan dan cara masyarakat dalam melakukan banyak hal. Salah satunya, dalam mengakses kebutuhan finansial, termasuk pula bagaimana pengalokasian dana yang tepat agar dapat bertahan di tengah situasi yang tidak pasti.

Solusi life finance dari Bank BTPN, Jenius melakukan dua survei, yaitu survei perilaku umum selama masa adaptasi kebiasaan baru dan survei perilaku finansial selama masa adaptasi kebiasaan baru. 

Survei perilaku umum selama masa adaptasi kebiasaan baru ini diikuti oleh 307 digital savvy usia 16-40 tahun dengan metodologi survey daring selama Mei hingga Juni 2020.

Sebanyak 307 digital savvy ini terdiri dari 49 persen perempuan dan 51 persen laki-laki. 75 persen dari mereka berada di Jabodetabek dan 25 persennya berada di luar Jabodetabek, seperti Bandung, Semarang, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Manado, dan Denpasar.

Sementara itu, dari survei perilaku finansial selama masa adaptasi, diikuti oleh 267 digital savvy yang berusia 16 tahun hingga 40 tahun selama Mei-Juni 2020. Metodologi yang dilakukan adalah survey daring. 

Dari 267 digital savvy ini terdiri dari 54 persen perempuan dan 46 persen laki-laki di Jabodetabek (46 persen) dan luar Jabodetabek. Terkait pengaruh pendapatan dan kegiatan finansial, 49 persen merasa jumlah pendapatan selama masa adaptasi kebiasaan baru tetap sama. 

Digital Banking Business Product Head Bank BTPN Waasi Sumintardja dalam acara peluncuran fitur “Jenius QR”, Senin (27/7), mengungkapkan, yang menarik adalah apa yang mereka lakukan untuk yang tidak berubah pendapatannya. “Sebanyak 24 persen dari mereka membuka usaha kecil, lalu 18 persen mengurangi pengeluaran, 18 persen bekerja seperti biasa, ada yang menabung lebih banyak dan mengelola keuangan lebih baik. 

Selain itu, ada pula 44 persen responden yang merasa jumlah pendapatan selama masa adaptasi kebiasaan baru ini berkurang. Dari survei ini, Waasi menyampaikan beberapa kesimpulan. Yakni, masyarakat digital savvy Indonesia sangat perhatian dengan kondisi keuangan dan mulai mempersiapkan diri dengan menabung, mengurangi pengeluaran dan mencari sumber pendapatan kedua, termsuk juga dengan usaha sampingan atau paruh waktu. 

Selanjutnya, ia melanjutkan, terjadi pula pergeseran tujuan di masyarakat digital savvy Indonesia. Bagi mereka yang penghasilannya tidak terdampak sedang mempersiapkan diri untuk risiko yang terjadi dengan berhemat, menabung lebih, mempersiapkan dana darurat, dan membuka usaha atau bisnis. 

Di sisi lain, mereka yang penghasilannya terdampak bertahan dengan dana darurat, membuka usaha kecil dan mencari penghasilan tambahan atau menjadi freelance. Selain itu, masyarakat digital savvy di Jabodetabek juga telah beralih menggunakan transasi non-tunai (cashless) serta menggunakan mobile atau digital. 

Jenius pun meluncurkan fitur terbarunya, yaitu Jenius QR. Fitur ini mendukung kenyamanan bertransaksi masyarakat digital savvy Indonesia. 

Langkah ini, sekaligus mendukung program Bank Indonesia untuk mendorong peningkatan pembayaran non tunai. Waasi menjelaskan melalui proses Co.Creation, Jenius mendengar kebutuhan digital savvy akan cara pembayaran yang semakin mudah dan simpel, salah satunya melalui layanan transaksi non-tunai. “Untuk itu, kami memperkenalkan Jenius QR sebagai metode pembayaran baru secara non-tunai untuk transaksi yang lebih simpel, cerdas dan aman karena transaksi tersebut langsung terhubung dengan Saldo Aktif dan tercatat di Transaction History,” kata Waasi.

Menurutnya, kehadiran Jenius QR ini semakin maksimal sebagai upaya mendukung anjuran pemerintah di masa adaptasi kebiasaan baru saat ini untuk meminimalisir kontak fisik. Termasuk, ketika melakukan transaksi pembayaran dan memberikan kemudahan bagi merchant serta para pengguna Jenius. 

Jenius QR membantu para digital savvy untuk bertransaksi di jaringan Quick Response Code Indonesian Standar (QRIS) seluruh Indonesia, termasuk di jaringan e-Wallet seperti GoPay, Ovo, Dana dan sebagainya. 

Pengguna cukup memindai (scan) QRIS dengan Jenius untuk melakukan pembayaran minimal Rp 10 ribu di semua merchant dengan limit maksimum pembayaran sebesar Rp 2 juta.

Pembayaran QRIS Jenius juga dilengkapi keamanan berlapis berupa biometrik sidik jari atau sensor wajah dan PIN. Pengguna dapat memanfaatkan otentikasi transaksi dengan memasukkan kata sandi setiap ingin melakukan pembayaran dan menetapkan limit sesuai kebutuhan.

Kebiasaan Baru Berinvestasi

photo
Fitur perdangan valas di aplikasi Digibank - (Google Play Store)

SDi tengah makin bergantungnya masyarakat dengan sistem perbankan daring, Digibank by DBS meluncurkan dua fitur terbarunya, yakni Rekening Valas dan Obligasi Pasar Sekunder pada Rabu (29/7). Peluncuran fitur terbaru ini seiring dengan komitmen Digibank mewujudkan intelligent way of banking dengan terus memperkaya fiturnya. 

Dengan peluncuran dua fitur terbaru ini, nasabah memiliki lebih banyak pilihan dalam mengelola keuangan, termasuk pula menambah motivasi untuk berinvestasi. Mengingat banyaknya instrumen investasi yang ada, Digibank by DBS mempermudah nasabah dalam menentukan investasi yang aman, minim risiko dan likuid sehingga dapat digunakan sebagai dana darurat dalam keadaan mendesak.

Managing Director, Head of Digital Banking, PT Bank DBS Indonesia, Leonardo Koesmanto mengatakan, Digibank by DBS menyadari peran perbankan digital untuk membuka akses keuangan yang mudah, cepat dan aman. Melalui kampanye #SemuaPastiBisa, setiap orang memiliki kesempatan yang sama terhadap akses layanan keuangan yang dibutuhkan dalam menyiapkan dana darurat, bahkan mengembangkannya lebih jauh lagi dengan proses yang 100 persen digital from end-to-end.

“Kami meluncurkan dua fitur baru, yakni Rekening Valas dan Obligasi Pasar Sekunder yang sesuai dengan kebutuhan nasabah di era new normal,” ujar Leonardo di acara Kelola dan Kembangkan Keuangan di Era New Normal, Rabu (29/7).

Melalui fitur Rekening Valas serta Obligasi Pasar Sekunder, nasabah dapat memperluas instrumen investasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam fitur Rekening Valas, nasabah dapat menabung dalam 10 mata uang asing, di antaranya Dolar Amerika (USD), Dolar Singapura (SGD), Dolar Australia (AUD), dan Yen, melalui satu akun rekening. 

Fitur ini juga cocok untuk berbagai transaksi dengan kebutuhan dalam mata uang asing, mengantisipasi perubahan nilai tukar dan sebagai diversifikasi investasi untuk mengurangi risiko.

Sedangkan melalui fitur Obligasi Pasar Sekunder, nasabah dapat berinvestasi di pasar sekunder mulai dari Rp 1 juta, sehingga terjangkau oleh nasabah yang hendak memulai investasi untuk mempersiapkan kebutuhan dana daruratnya. Nasabah cukup membuat Single Investor Identification (SID) dan melanjutkan pembelian hingga penjualan obligasi cukup dari aplikasi Digibank by DBS. Sebelumnya, pasar sekunder hanya dapat diakses oleh investor dengan modal yang cukup besar.

Head of Advisory and Digital Investment, PT Bank DBS Indonesia, Djoko Soelistyo mengatakan saat ini banyak pilihan instrumen investasi yang bisa dipilih untuk dapat dijadikan sebagai dana darurat. Mulai dari, yang memiliki risiko kecil hingga besar, sampai investasi yang bisa dilakukan dengan nominal terjangkau. 

Fitur terbaru tersebut memiliki kelebihan fleksibilitas dan likuiditas tinggi yang dapat memberikan manfaat bagi nasabah untuk mengatur, mengembangkan dan menggunakan dana yang mereka miliki. Leonardo juga mengungkapkan manfaat dari dua fitur ini, adalah menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito dan cocok untuk situasi pandemi ini.

Kemudian, ia melanjutkan, sifatnya juga likuid. Jadi, sewaktu-waktu diperlukan bisa dijual di pasar sekunder hanya dari aplikasi saja. “Dan tentu saja, ini juga dijamin pemerintah,” ujar Leonardo. 

 

 

Bagi mereka yang penghasilannya tidak terdampak pandemi, kini lebih mempersiapkan diri untuk risiko yang terjadi dengan berhemat, atau menabung lebih.

Waasi Sumintardja, Digital Banking Business Product Head Bank BTPN 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat