Sapi (Ilustrasi) | Republika/Abdan Syakura

Tuntunan

Menukil Hikmah dari ‘Sapi Betina'

Alih-alih langsung mengerjakan, Bani Israil justru memberi pertanyaan lain yang membawa kesulitan baru.

Syahdan, seorang lelaki kaya raya dari kalangan Bani Israil disiksa keponakannya. Dia pun dibunuh pada malam hari. Pembunuh itu, si keponakan tersebut, lari kepada Nabi Musa AS. Di hadapan sang Rasul, dia menangis.

Musa bertanya, "Ada apa denganmu?" Dia menjawab, "Pamanku terbunuh kemarin malam dan saya tidak tahu siapa yang membunuhnya. Engkau adalah nabi Allah. Jadi, tanyakan kepada Tuhanmu, siapakah gerangan yang membunuhnya," ujar si keponakan lelaki kaya itu.

Nabi Musa pun mengumpulkan kaum Bani Israil. Dia bertanya, "Siapa yang membunuh paman lelaki ini?" Mereka menjawab, "Hai Musa, kami tidak tahu-menahu tentang itu. Jika kau benar seorang Nabi, tanyakanlah Tuhanmu. Niscaya Dia akan memberi tahumu."

Musa lantas bangkit dan berdoa kepada Allah SWT sambil menangis. Dia memohon agar Tuhan yang Mahakuasa memberi tahu perihal pembunuh lelaki itu. Allah SWT pun berfirman. "Hai Musa, perintahkan Bani Israil menyembeli seekor sapi betina untuk disembelih, lalu ambil sebagian darinya untuk dipukulkan kepada mayat itu. Dengan izin-Ku, mayat itu akan hidup kembali dan berbicara memberitahukan siapa pembunuhnya."

Musa pun berkata, "Sembelih sapi betina." Sebuah perintah yang mudah. Tidak ada kesulitan di dalamnya. Andai saja mereka menyembelih sapi betina apa saja, itu sudah cukup. Sayangnya, mereka membantah dan mempersulit perintah itu dengan pertanyaan-pertanyaan.

photo
Israel - (AP )

"Mereka berkata, 'Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?'" (QS al-Baqarah: 67). Maksud dari pertanyaan ini adalah suatu rasa heran seperti apakah kau menertawai kami? Apakah kau menyesatkan kami? Kami bertanya siapa pembunuhnya, tetapi engkau malah mengatakan sembelih sapi betina! Musa pun menjawab, "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." (QS al-Baqarah: 67).

Lantas, Bani Israil menjawab dengan berondongan pertanyaan. "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?" (QS al-Baqarah: 68).

Pertanyaan ini kemudian dijawab Musa. "Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu.'" (QS al-Baqarah: 68).

Musa juga meminta Bani Israil untuk segera mengerjakan perintah Allah SWT tersebut. Alih-alih langsung mengerjakan, Bani Israil justru memberi pertanyaan lain yang membawa kesulitan baru bagi mereka. "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya." (QS al-Baqarah: 69). Pertanyaan itu sesungguhnya berawal dari sikap mereka yang memang enggan untuk mengerjakan apa yang diperintahkan.

"Musa menjawab, 'Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya'." (QS al-Baqarah: 69).

Jawaban itu tidak juga memuaskan Bani Israil. Bukannya langsung mengerjakan perintah Allah, mereka kembali bertanya. "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu. Karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapatkan petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." (QS al-Baqarah: 70).

Musa kembali menjawab mereka. "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." (QS al-Baqarah: 71). "Mereka berkata, 'Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya'." (QS al-Baqarah: 71).

Kesombongan Bani Israil ini seolah-olah Nabi Musa belum pernah mendatangkan suatu kebenaran. Nabi Musa dinilai sebagai orang yang hanya tampak bermain-main dengan mereka.

Setelah mendapatkan banyak kesulitan itu, Bani Israil akhirnya menyembelih sapi betina tersebut. "Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu." (QS al-Baqarah: 71).

Setelah penyembelihan itu dilakukan, Musa memerintahkan mereka untuk mengambil tulang dari sapi betina itu. Tulang tersebut lantas dipukulkan kepada mayat yang terbunuh. Dengan izin Allah, kembalilah ruh lelaki kaya itu untuk menjawab pertanyaan Nabi Musa.

"Siapakah yang membunuhmu?" Dia menjawab, "Keponakanku ini." Setelah itu, dia menjadi mayat seperti semula. Musa pun mendatangi pembunuh itu dan membunuhnya sebagai akibat dari perbuatannya.

Syekh Aidh Al Qarni dalam Sentuhan Spiritual mengungkapkan, kisah Bani Israil ini memiliki hikmah tak terhingga. Pertama, tidak dibenarkan bagi akal untuk menentang wahyu. Pada hari dia ragu bahkan menentang, laknat itu ditumpahkan dari langit.

Berikutnya, seorang Muslim harus mempelajari ajaran ini menghadapkan diri kepada Allah dengan penuh keridhaan, memberikan pucuk arahan kepada Rasulullah dan sujud kepada Allah dengan menunjukkan ketergantungan Muslim kepada-Nya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat