Wakil Ketua Komisi IV DPR Daniel Johan (tengah) bersama Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati (kiri) dan Pengamat Ekonomi Politik Ichsanuddin Noorsy (kanan) menjadi pembicara dalam diskusi Dialektika Demokrasi di Komplek Parlemen MPR/DPR, Senayan, Jak | ANTARA FOTO

Uswah

Enny Sri Hartati: Kawal Ekonomi Bangsa dengan Spirit Agama

Spirit agama menjadi landasan Enny untuk menyampaikan masukan.

Bagi Enny Sri Hartati (48 tahun), berkarya dan beramal saleh dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas diri yang dimiliki. Sebagai akademisi yang mumpuni dalam bidang ekonomi, Enny kerap mengawal dan mengkritisi kebijakan perekonomian yang tidak berorientasi kepada kemakmuran rakyat.

Menurut Enny, Indonesia merupakan negeri yang dikaruniai keberkahan luar biasa oleh Allah SWT. Semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai baldatun tayyibatun wa Rabbun ghafur harus direalisasikan dengan sikap untuk mengelola keberkahan yang telah diberi.

 
"Saya lahir dan besar di lingkungan petani, jadi saya merasakan dan melihat betul bagaimana susahnya para petani. Maka, jika ada kebijakan yang saya rasa nggak prorakyat, saya dan teman-teman peneliti pasti akan sampaikan kritik dan masukan."
ENNY SRI HARTATI
 

Nama Enny memang sering berseliweran di berbagai media. Analisis serta masukan-masukannya terkait ekonomi yang disampaikan ditujukan bukan untuk menyakiti siapa pun secara personal. Enny mengaku, spirit menyampaikan kebenaran yang ia percaya berdasarkan disiplin ilmu yang digelutinya adalah panggilan nurani.

"Saya lahir dan besar di lingkungan petani, jadi saya merasakan dan melihat betul bagaimana susahnya para petani. Maka, jika ada kebijakan yang saya rasa nggak prorakyat, saya dan teman-teman peneliti pasti akan sampaikan kritik dan masukan," kata Enny saat dihubungi Republika, Rabu (20/5).

Spirit amar makruf nahi munkar yang diajarkan dalam Islam selalu menjadi landasan Enny untuk menyampaikan masukan. Menurut dia, sudah sepatutnya kebijakan yang merugikan rakyat harus dikoreksi agar Indonesia dapat memanfaatkan energinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi.

Lahir dan dibesarkan di lingkungan petani, Enny memang memantapkan tekad untuk menempuh studi dalam bidang ekonomi. Dia percaya, sebagaimana yang diajarkan agama bahwa kefakiran dapat mendekatkan pada kekufuran, maka cita-cita konstitusi untuk menyejahterakan segenap rakyat Indonesia pun secara otomatis menjadi tanggung jawab kolektif bangsa.

photo
Koordinator ICW Adnan Topan Husodo (kanan) bersama Kepala Pusat Penelitian LIPI Syamsudin Haris (kiri) dan Ekonom Enny Sri Hartati (tengah) menjawab pertanyaan wartawan dalam diskusi yang bertajuk mencermati kabinet Jokowi Jilid II di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Diskusi tersebut membahas komposisi pemilihan Menteri Kabinet Kerja Jilid II yang akan diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu (22/10/2019) - (NOVA WAHYUDI/ANTARA FOTO)

"Dulu ketika saya kecil, bayangkan, banyak petani Muslim yang karena fakir sampai ditawari akan diberi mi instan kalau mau pindah agama. Ini //kan// bahaya sekali," ujarnya mengenang.

Tidak heran sejak mahasiswa, Enny telah menjadi peneliti dengan mengikuti penelitian-penelitian yang dilakukan para dosennya. Dia mendatangi petani, petambak, hingga bagaimana sektor migas di Indonesia dieksplorasi, tetapi belum cukup mendatangkan kesejahteraan bagi rakyat.

Pada masa pandemi virus korona jenis baru (Covid-19) seperti saat ini, dia berpendapat Indonesia bisa memperbaiki pertumbuhan ekonominya minimal tidak berada pada 2,97 persen dalam kuartal I 2020 secara tahunan atau year on year (yoy). Caranya adalah dengan memperbaiki konsumsi rumah tangga yang masih menjadi mayoritas penopang laju pertumbuhan ekonomi.

Meski mengakui dampak ekonomi pandemi Covid-19 tak hanya dialami Indonesia, dia menilai sudah seharusnya negeri ini menjaga imunitas pertumbuhan ekonominya lebih baik. Enny menilai, fakta rontoknya perekonomian global tak boleh dijadikan alasan bagi Indonesia mewajarkan pembenahan ekonomi dengan 'seadanya'.

 

 
Uswah, Suara Enny Sri Hartati: Mengawal Ekonomi Bangsa dengan Spirit Agama
(Republika)
 

Dia menjelaskan, sudah saatnya Indonesia memperbaiki konsumsi rumah tangga yang tidak bergerak menjadi tumbuh. Caranya adalah dengan melakukan substitusi impor agar bahan baku lokal dapat dipergunakan semaksimal mungkin di tengah ketidakpastian arus ekspor-impor antarnegara yang terjadi saat ini.

Enny menilai, kondisi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di mana-mana akibat wabah akibat dua hal. Pertama, operasional pabrik yang terhenti akibat tidak tersedianya bahan baku yang biasa disuplai impor. Kedua, akibat tidak tumbuhnya daya beli sehingga mematikan produksi.

"Untuk itu, saya rasa, meski agak susah untuk menumbuhkan ekonomi yang melesat tinggi, setidaknya kita harus memperbaiki jangan sampai (pertumbuhan ekonomi) jatuh-jatuh amat. Manfaatkan bahan baku lokal," ujar dia.

Dia percaya, niat baik dari suatu kebijakan dapat memakmurkan bangsa dan negara. Namun, masih banyak politik kepentingan serta kepentingan bisnis yang melingkupi ranah kebijakan. Karena itu, dia menilai kebijakan yang diterapkan pemerintah belum dapat menjadikan Indonesia sebagai negeri baldatun tayyibatun wa Rabbun ghafur. ed: a syalaby ichsan

 

PROFIL

Nama lengkap: ENNY SRI HARTATI

Tempat, tanggal lahir: KARANGANYAR, 27 JULI 1971

 

Riwayat pendidikan:

Doktor program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian IPB (2012), Magister Sains Program Ilmu Ekonomi Pertanian konsentrasi Pembangunan dan Kebijakan Pertanian IPB (2004), Sarjana Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Semarang (1995).

 

Riwayat aktivitas:

Dosen ekonomi di Universitas Trisakti (1996-2011), Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) 1997-2011, Tenaga Ahli Komisi X DPR RI (2007-2010), peneliti senior Indef (2019-sekarang).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat