Jamah di Masjid Baitul Faizin, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, membaca Alquran, Kamis (30/4/2020). Hikmah pandemi Covid-19 membuat kita harus selalu bersyukur atas nikmat sehat. | Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO

Opini

Kembali Fitrah di Tengah Covid-19

Pandemi Covid-19 memberi pelajaran berharga untuk selalu mensyukuri nikmat sehat.

RAHMAT HIDAYAT, Anggota Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)

Setelah satu bulan penuh kita berpuasa, maka pada Ahad 24 Mei, kaum Muslimin di Indonesia melaksanakan shalat Idul Fitri. Sebagaimana ibadah puasa, shalat Id tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena dalam suasana pandemi Covid-19, sesuai protokol PSBB, ketentuan pemerintah dan anjuran MUI, kaum Muslimin diminta berpuasa dan berhari raya di rumah.

Kita menggemakan dan mengumandangkan kalimat tauhid, tahmid, dan takbir serta shalat Idul Fitri di rumah masing-masing. Mari jadikan rumah kita sebagai kiblat dan tempat menegakkan shalat (QS Yunus [10]: 87). Semoga pelaksanaan shalat Id hari ini tidak mengurangi kesyahduan dan syiar Islam, meskipun kita tidak lagi bisa bersalam-salaman secara langsung, tapi tetap bisa mengucapkan selamat dan saling memaafkan secara virtual. Shalat Idul Fitri yang kita lakukan menjadi pertanda bahwa kita telah selesai melaksanakan puasa Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa saja yang melaksanakan ibadah puasa karena iman dan penuh pengharapan ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari-Muslim).

photo
Muadzin mengumandangkan azan untuk shalat di Madrasah Darul Solihin Al Qadiri, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (14/5/2020) malam. Pandemi Covid-19 memberi pelajaran berharga untuk selalu mensyukuri nikmat sehat - (EPA-EFE / FAZRY ISMAIL)

 

Ketika seseorang diampuni dosa-dosanya, maka ia kembali menjadi pribadi yang suci (fitrah) sebagaimana baru dilahirkan. Oleh karena itu, hari kemenangan disebut Idul Fitri yang berarti kembali kepada fitrah.

Fitrah berasal dari akar kata fathara yang berarti membuka atau menguak. Fitrah bermakna sesuai asal kejadian atau suci. Maka idul fitri bermakna kembali kepada kesucian. Rasulullah SAW di dalam hadits menyatakan, "Bahwa setiap bayi dilahirkan dalam kondisi suci, maka tergantung kedua orang tuanya yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR Bukhari-Muslim).

Allah SWT berfirman, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS ar-Rum [30]: 30). Dalam tafsir Al-Maraghi (jilid 7 hlm 276) dijelaskan, manusia harus meluruskan mukanya untuk berbakti (taat) kepada Allah. Itulah agama yang lurus dan fitrah. Sebagai agama yang fitrah, maka Islam dan ajaranya pasti sesuai dengan fitrah manusia.

Sebagaimana kita sadari, sebagian besar waktu dan perhatian kita orientasikan untuk meraih kesuksesan dan kebahagian duniawi. Seringkali kita lalai ingat kepada Allah (dzikrullah), bahkan tidak jarang terjerumus ke lembah kenistaan.

 
Seringkali kita lalai ingat Allah, bahkan tidak jarang terjerumus ke lembah kenistaan.
 
 

Saat Ramadhan kita digembleng dan dilatih untuk menemukan kembali eksistensi kita sebagai manusia sehingga mengenal dan dekat dengan Allah (man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu), kita dapat melakukan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Dengan demikian akan mudah menangkap sinyal kebaikan dan hidayah Allah, dan buah dari itu semua akan membawa kita kembali kepada kesucian (idul fitri) sekaligus derajat takwa.

Pendemi Covid-19 yang melanda ke seluruh dunia termasuk Indonesia telah memberikan pelajaran berharga bagi kita. Betapa berharga dan mahal nikmat kesehatan yang Allah berikan kepada kita. Selama ini sering kali kita lalai mensyukuri nikmat kesehatan tersebut.

Allah mengingatkan dengan firmannya: "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" Pendemi Covid-19 juga telah memberikan keyakinan kepada kita betapa lemahnya manusia dan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT. Kesadaran seperti ini penting karena akan meneguhkan kefitrahan kita sebagai manusia karena sejatinya yang kuasa hanyalah Allah SWT.

Pandemi Covid-19 telah memaksa mengubah pola hidup dan hubungan sosial manusia. Kita tinggal dan beraktivitas di rumah, kita juga melakukan social and physical distanching. Sejak beberapa minggu sebelum dan selama bulan Ramadhan, umat Islam melaksanakan ibadah di rumah, shalat, berzikir, dan mengaji di rumah, serta beriktikaf di rumah.

Insya Allah rumah kita akan dipenuhi rahmat dan berkah oleh Allah SWT, kehidupan keluarga akan menjadi lebih baik karena dibangun dalam suasana yang lebih agamis.  Oleh karena sebagian besar masyarakat beraktivitas di rumah (stay at home), cuaca dan udara juga menjadi lebih bersih dan segar, serta lebih friendly bagi kehidupan manusia. Kita juga menjadi terbiasa melakukan pola hidup bersih dan sehat dengan sering mencuci tangan serta mengonsumsi makanan yang halal dan sehat.

photo
Pengurus Masjid membacai Alquran di Masjid Raya Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/4/2020). Pandemi Covid-19 memberi pelajaran berharga untuk selalu mensyukuri nikmat sehat - (RAISAN AL FARISIANTARA FOTO)

Kalau kita perhatikan, sejatinya agama Islam telah mengajarkan demikian. Bahkan Islam menganjurkan kita untuk menjaga wudhu (dawamul wudhu) berarti yang harus bersih tidak saja tangan, tetapi juga anggota tubuh yang lain.

Bagi umat Islam di Indonesia, bulan suci Ramadhan tahun ini sekaligus menjadi momentum meningkatkan kesalehan sosial di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak sekali masyarakat yang terkena dampak pandemi Covid-19, kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin sulit dan berat, jumlah penduduk miskin dan pengangguran semakin meningkat.

Dalam situasi seperti itu, kita harus meningkatkan semangat berbagi dan membantu. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang melonggarkan (menghilangkan) dari seorang mukmin satu kesukaran dari berbagai kesukaran dunia, maka Allah menghilangkan daripadanya satu kesukaran dari berbagai kesukaran hari akhirat. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah memudahkannya di dunia dan akhirat." (HR Bukhari-Muslim).

Allah mengingatkan hamba-Nya dengan firman-Nya dalam surah al-Maa’un ayat 1-7: "Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik (tidak memperhatikan) anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, maka celakalah bagi orang-orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dalam melaksanakan shalatnya dan orang orang-orang yang berbuat riya serta enggan menolong dengan barang-barang yang berguna atau bermanfaat."

Firman Allah dan hadits Nabi di atas secara tegas mengingatkan kita umat Islam untuk memiliki dan memikul tanggung jawab sosial serta memberikan solusi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa akibat pendemi Covid-19.

Semoga dengan kembali ke fitrah, kita akan menjadi semakin ringan untuk beramal saleh, membantu dan berbagi dengan masyarakat yang kurang beruntung, sehingga hidup kita menjadi lebih baik dan bermanfat bagi kehidupan manusia. Aamiin.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat