Pendeta Kristen mendoakan jenazah jurnalis Ajazirah Shireen Abu Akleh sebelum disemayamkan di kamar jenazah di rumah sakit di Jenin, Tepi Barat, Rabu (11/5/2022). | AP Photo/Majdi Mohammed

Kabar Utama

‘Israel Bunuh Jurnalis untuk Bungkam Kebenaran’

Tidak ada konfrontasi antara pejuang Palestina dan tentara Israel sebagaimana yang diklaim pihak Israel.

YERUSALEM -- Seorang jurnalis Aljazirah, Shireen Abu Akleh, gugur ditembak oleh pasukan Israel ketika meliput serangan di Kota Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat. Abu Akleh sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawanya tidak tertolong karena sudah dalam kondisi kritis.

Abu Akleh mengenakan rompi pers ketika ditembak pasukan Israel. Seorang jurnalis Palestina yang berada di dekat Abu Akleh, Shatha Hanaysha, mengatakan, tidak ada konfrontasi antara pejuang Palestina dan tentara Israel sebagaimana yang diklaim pihak Israel.

Hanaysha mengatakan, kelompok jurnalis telah menjadi sasaran serangan Israel. "Kami empat wartawan, kami semua memakai rompi, semua memakai helm. Tentara pendudukan (Israel) tidak berhenti menembak bahkan setelah dia pingsan. Saya bahkan tidak bisa mengulurkan tangan untuk menariknya karena tembakan. Tentara berkeras menembak untuk membunuh," ujar Hanaysha, kepada Aljazirah, Rabu (11/5).

Abu Akleh adalah salah satu koresponden lapangan pertama yang bergabung dengan Aljazirah pada 1997. Wartawan Aljazirah lainnya, Ali Samoudi, juga ditembak dengan peluru tajam di punggung. Samoudi telah menerima perawatan medis dan dilaporkan dalam kondisi stabil.

photo
Jurnalis Ajazirah Shireen Abu Akleh. - (Aljazirah via AP)

Samoudi yang juga merupakan produser Abu Akleh mengatakan kepada The Associated Press bahwa mereka termasuk di antara tujuh wartawan yang meliput serangan di Kota Jenin pada Rabu (11/5) pagi. Semua jurnalis yang melakukan peliputan, kata Samoudi, mengenakan alat pelindung yang menandai mereka sebagai wartawan. Para jurnalis melewati pasukan Israel, sehingga tentara akan melihat dan tahu bahwa mereka ada di lokasi konflik.

Samoudi menceritakan, para wartawan lolos dari tembakan pertama. Kemudian, tembakan kedua mengenai Samoudi, dan tembakan ketiga membunuh Abu Akleh. Tidak ada militan atau warga sipil Palestina lainnya di daerah itu. Hanya wartawan dan tentara yang ada di lokasi. Samoudi mengatakan, klaim militer bahwa mereka ditembak oleh militan adalah kebohongan total.

Kepala Biro Aljazirah di Ramallah, Walid al-Omary mengatakan, tidak ada penembakan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata Palestina. Sementara militer Israel mengatakan, mereka diserang dengan tembakan senjata berat dan bahan peledak saat beroperasi di Jenin, sehingga terpaksa membalas.

"(Israel) ingin menutupi kejahatannya terhadap rakyat Palestina. Israel ingin mengirim pesan kepada wartawan di seluruh dunia bahwa nasib siapa pun yang ingin menutupi kebenaran akan ditembak dan dibunuh," ujar juru bicara kelompok Fatah, Osama al-Qawasami.

Direktur Pelaksana Aljazirah, Giles Trendle, mengaku terkejut dan sedih dengan kematian Shireen Abu Akleh. Dia menyerukan penyelidikan transparan atas pembunuham Abu Akleh.

"Sebagai jurnalis, kami terus bekerja. Kami tidak akan dibungkam meskipun ada upaya untuk membungkam kami. Misi kami adalah selalu melanjutkan untuk memberi tahu dunia apa yang sedang terjadi. Dan itu lebih penting," ujar Trendle.

Israel tidak mau disalahkan atas kematian Abu Akleh dan justru menuding militan Palestina yang telah menembak jurnalis tersebut. Militer Israel sedang menyelidiki peristiwa itu dan mencari kemungkinan bahwa para wartawan ditembak oleh orang-orang bersenjata Palestina.

photo
Para wartawan mengelilingi jenazah jurnalis Ajazirah Shireen Abu Akleh sebelum disemayamkan di kamar jenazah di rumah sakit di Jenin, Tepi Barat, Rabu (11/5/2022). - (AP Photo/Majdi Mohammed)

Sementara, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengeklaim, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, ada kemungkinan besar bahwa orang-orang Palestina bersenjata telah menembak para wartawan yang sedang meliput. "Mereka yang menembak dengan liar adalah orang-orang yang menyebabkan kematian jurnalis malang itu," ujarnya.

Klaim Israel ini merujuk pada rekaman video ketika orang-orang bersenjata Palestina terlihat berlari melalui jalan sempit. Salah satu dari mereka berteriak bahwa seorang tentara telah terluka. Para pejabat mengatakan, tidak ada warga Israel yang terluka dalam insiden itu.

Sementara, sebuah video terpisah yang ditayangkan oleh Aljazirah menunjukkan tembakan terdengar di area terbuka. Abu Akleh terlihat tergeletak di pinggir jalan saat jurnalis lain berjongkok di dekatnya dan seorang pria berteriak memanggil ambulans.

Tidak diketahui apakah kedua video itu diambil di lokasi yang sama. Kedua reporter itu mengenakan rompi antipeluru berwarna biru dengan tulisan "PRESS".

Israel telah mengusulkan penyelidikan bersama dan autopsi. Namun, Otoritas Palestina menolak tawaran itu. Otoritas Palestina mengutuk penembakan tersebut. Mereka mengatakan, insiden ini adalah kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Israel.

Seorang komandan Israel, Ran Kochav, mengatakan kepada radio militer bahwa kedua jurnalis itu membawa kamera dan berdiri di dekat orang-orang bersenjata Palestina. Dia mengatakan, para militan Palestina adalah orang-orang tidak profesional dan teroris yang menembaki pasukan Israel. "Mereka kemungkinan yang menembaki para wartawan," kata Kochav.

Jaringan berita Aljazirah yang berbasis di Qatar menghentikan siarannya untuk mengumumkan kematian Abu Akleh. Dalam sebuah pernyataan, Aljazirah meminta komunitas internasional untuk mengutuk dan meminta pertanggungjawaban pasukan pendudukan Israel karena sengaja menargetkan dan membunuh jurnalis.

“Kami berjanji untuk mengadili para pelaku secara hukum. Tidak peduli seberapa keras mereka berusaha menutupi kejahatan, dan membawa mereka ke pengadilan,” kata pernyataan Aljazirah.

photo
Petugas kesehatan dan wartawan mengawal jenazah jurnalis Ajazirah Shireen Abu Akleh sebelum disemayamkan di kamar jenazah di rumah sakit di Jenin, Tepi Barat, Rabu (11/5/2022). - (AP Photo/Majdi Mohammed)

Qatar mengutuk penembakan yang menewaskan jurnalis Aljazirah. Qatar menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional, dan serangan terang-terangan terhadap kebebasan media.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel Tom Nides menyerukan penyelidikan menyeluruh atas kematian Abu Akleh. Nides membenarkan bahwa Abu Akleh adalah warga negara Amerika.

Dalam insiden terpisah pada Rabu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, seorang anak berusia 18 tahun, yang diidentifikasi sebagai Thair al-Yazouri, ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel di dekat kota Ramallah, Tepi Barat. Militer sedang menyelidiki insiden tersebut.

Israel merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengah 1967, dan Palestina ingin wilayah itu menjadi bagian utama dari negara masa depan mereka. Hampir tiga juta warga Palestina tinggal di wilayah di bawah kekuasaan militer Israel.

Israel telah membangun lebih dari 130 pemukiman di Tepi Barat yang merupakan rumah bagi hampir 500 ribu pemukim Yahudi, yang memiliki kewarganegaraan Israel secara penuh.

Israel telah lama mengkritik liputan dan berita-berita Aljazirah. Tetapi, pihak berwenang mengizinkan jurnalis Aljazirah untuk beroperasi secara bebas. Tahun lalu, reporter Aljazirah, Givara Budeiri, ditahan ketika meliput aksi protes di Yerusalem. Dia menjalani perawatan di rumah sakit karena patah tangan, yang diduga disebabkan oleh perlakuan kasar polisi.

Hubungan antara pasukan Israel dan media, terutama jurnalis Palestina telah memburuk. Sejumlah wartawan Palestina terluka oleh peluru berlapis karet atau gas air mata saat meliput demonstrasi di Tepi Barat.

Seorang jurnalis Palestina di Gaza ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel saat merekam protes kekerasan di sepanjang perbatasan Gaza pada 2018. Wartawan lain yang bekerja untuk stasiun radio lokal Gaza, ditembak pada hari yang sama di perbatasan Gaza dan meninggal sepekan kemudian

Pada November 2018, reporter Associated Press Rashed Rashid ditembak di pergelangan kaki kiri oleh pasukan Israel saat meliput protes di dekat perbatasan Gaza. Ketika itu, dia mengenakan alat pelindung yang dengan jelas mengidentifikasi dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia berdiri dengan kerumunan jurnalis lain sekitar 600 meter dari perbatasan Israel. Hingga kini, militer Israel tidak pernah mengakui penembakan itu. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Menakar Kontribusi Zakat Nasional

Data resmi yang menggambarkan besarnya kontribusi zakat dalam pembangunan ekonomi nasional.

SELENGKAPNYA

Cegah Penyakit Mulut Kaki, Pasar Hewan di Lamongan Ditutup

Daerah lain di Jawa Timur mewaspadai penularan penyakit mulut kaki pada hewan ternak.

SELENGKAPNYA

Hikmah Puasa Syawal

Puasa Syawal memiliki hikmah yang membuat wisuda madrasah Ramadhan tidak akan melewatkan.

SELENGKAPNYA