IMAN SUGEMA | Daan Yahya | Republika

Analisis

Residu Persoalan Covid-19

Secara agregat semua negara akan tumbuh di bawah kapasitas normal sebelum Covid-19.

Oleh IMAN SUGEMA

OLEH IMAN SUGEMA

Kita patut bersyukur karena tanda-tanda akan usainya Covid-19 mulai tampak di awal tahun ini. Hal tersebut ditandai dengan menyebarnya varian omikron secara luar biasa ke hampir seluruh penjuru dunia.

Varian memiliki daya sebar tinggi dengan konsekuensi kesehatan yang tak terlalu mengerikan. Saya bilang tak terlalu mengerikan karena bagi sebagian besar orang infeksi dari varian ini lebih mirip flu biasa. Itu untuk sebagian besar orang lho. Bagi sebagian kecil orang yang memiliki komorbid tentu masih harus ekstra hati-hati.

Dari sisi epidemiologi, hal seperti ini bisa dianggap sebagai perkembangan yang menguntungkan. Sebab, mutasi virus mulai mengarah ke varian yang lemah dalam menimbulkan masalah kesehatan. Kalaupun Anda tertular, kemungkinan besar Anda tidak akan terlalu menghiraukannya. Anda sama sekali tidak merasakan bahwa Anda sedang tertular.

Mayoritas orang akan menjadi pasien orang tanpa gejala (OTG). Sebagian kecil mungkin tetap harus mendapatkan perawatan rumah sakit. Kemungkinan, hanya lima sampai sepuluh persen saja yang memerlukan perawatan.

Para epidemiolog sedang menantikan beberapa varian baru yang lebih lemah dari omikron, tapi dengan daya sebar yang jauh lebih tinggi lagi. Kalau ini terjadi maka setiap orang akan tertular tetapi semuanya berstatus tanpa gejala.

Sebuah endgame yang ideal bukan? Kita akan hidup seperti biasa lagi. Tidak usah pakai masker, tidak usah khawatir dengan vaksin dan booster, dan kita bisa pergi ke mana saja tanpa harus tes PCR dan sejenisnya. Kita tunggu saja varian baru ini muncul. Semoga bisa cepat.

Lain hanlnya dengan persoalan-persoalan ekonomi yang ditinggalkan pasca Covid-19. Dalam beberapa tahun ke depan ada beberapa persoalan penting yang harus menjadi bahan kekhawatiran kita. Ini berlaku untuk semua negara di seluruh dunia. Persoalan apa sajakah?

 
Dalam beberapa tahun ke depan ada beberapa persoalan penting yang harus menjadi bahan kekhawatiran kita. Ini berlaku untuk semua negara.
 
 

Pertama, bagaimana dunia usaha akan bangkit? Untuk hal ini kita bagi perusahaan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah yang paling berat, yakni perusahaan yang secara teknis finansial sudah bangkrut. Kategori ini sudah tidak bisa ditolong sama sekali. Mereka harus dilikuidasi yang tentunya akan makan waktu yang cukup lama.  

Penutupan usahanya sih cepat, tapi likuidasinya mungkin bisa memakan waktu tiga sampai lima tahun. Konsekuensinya, dalam beberapa tahun ke depan secara agregat semua negara akan tumbuh di bawah kapasitas normal sebelum Covid-19.

Kelompok kedua adalah perusahaan yang kehabisan modal kerja dengan utang yang menggunung selama dua tahun terakhir ini. Mereka merupakan buah simalakama bagi perbankan. Kalau mereka tidak diinjeksi dengan pinjaman baru, mereka akan kolaps atau minimal sulit untuk bangkit.

Kalau mereka dikasih utang baru, beban utang lama menjadi sangat berat. Mereka harus direstrukturisasi secara kasus per kasus. Tentunya pihak perbankan akan sangat selektif dalam mencari jalan penyelesaian.

Kelompok ketiga adalah perusahaan yang selama pandemi terimbas sangat ringan dan sebagian bahkan bisa berkembang secara cepat karena diuntungkan oleh situasi. Perusahaan teknologi informasi merupakan bagian yang mendapatkan durian runtuh.

 
Ketika pandemi usai, masih menjadi tanda tanya besar apakah industri seperti ini akan tetap mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat cepat.
 
 

Tetapi ketika pandemi usai, masih menjadi tanda tanya besar apakah industri seperti ini akan tetap mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat cepat. Tentunya sebagian masyarakat akan dengan cepat kembali ke habit semula. Sebagian lagi tetap dalam moda hibrid, kebiasaan lama dicampur dengan kebiasaan baru atau new normal. Dari sini kita bisa tahu bahwa perkembangan bisnis tak bisa lagi secepat seperti di era pandemi.

Ada juga sebagian perusahaan yang akhir-akhir ini mendapatkan windfall profit akibat meroketnya harga komoditas. Perusahaan seperti ini pasti sudah punya pengalaman pasang surutnya harga komoditas.

Mereka akan sangat berhati-hati untuk tidak berekspansi secara jor-joran. Bagi mereka, lebih baik menyimpan uang dalam jumlah besar daripada ekspansi. Uang ini kelak akan digunakan untuk difersifikasi setelah situasi jangka panjang menjadi lebih jelas terlihat.

Kedua dan ini mungkin yang paling berisiko secara makro global. Semua negara membukukan utang yang sangat berlebihan sebagai respons kebijakan fiskal untuk menyelamatkan perekonomian masing-masing. Dalam situasi penerimaan pajak yang tergerus oleh resesi, pengeluaran pemerintah harus digenjot supaya perekonomian mendapat ruang bernapas yang lebih lega. Akibatnya, defisit fiskal yang besar menjadi fenomena umum di seluruh dunia.

Setelah pandemi usai, beban utang pemerintah akan semakin berat. Bukan hanya karena pokok utang yang semakin menggunung, tetapi juga beban bunga yang semakin mencekik. Mulai tahun ini, dengan semakin menyeruaknya inflasi global maka beban bunga akan semakin meningkat. Dalam satu tahun ke depan hampir bisa dipastikan suku bunga internasional akan merangkak naik.

 
Utang dibayar dengan cara berutang lagi. Itulah kira-kira yang akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan.
 
 

Beberapa negara kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam membayar utang. Mereka adalah terutama yang sulit untuk melakukan konsolidasi fiskal. Negara mana saja yang memiliki kemungkinan gagal bayar?

Pertama tentunya adalah negara yang memiliki beban anggaran sosial yang sangat besar. Bantuan dan jaminan sosial tentunya sangat sulit untuk dikurangi karena memang sebagian besar masyarakat belum memiliki penghasilan normal seperti sebelum pandemi.

Kedua adalah negara-negara yang pendapatan pajaknya tak kunjung sehat. Dalam situasi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, mana mungkin untuk meningkatkan penerimaan pajak?

Di lain pihak, kewajiban terus menggunung. Utang dibayar dengan cara berutang lagi. Itulah kira-kira yang akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, di hampir semua negara.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat