Ilustrasi BUMN asuransi | ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

Ekonomi

BUMN Asuransi Terus Berinovasi Bisnis

BUMN asuransi akan menggandeng berbagai pihak untuk lebih banyak memberikan perlindungan.

JAKARTA -- PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau yang dikenal dengan Indonesia Financial Group (IFG) selaku holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perasuransian dan penjaminan terus melalukan inovasi untuk memberikan proteksi kepada pemegang polis. IFG berupaya menjembatani gap yang ada dalam industri asuransi nasional.

Direktur Bisnis IFG Grup Pantro Pander Silitonga mengatakan, asuransi di Indonesia selama ini masih banyak 'dijual', bukan dibeli'. Menurut Pantro, ketergantungan terhadap agen penjual sering menyebabkan mis-selling sehingga menyebabkan pemegang polis kecewa. "Kami selalu berusaha menjembatani gap yang ada dengan inovasi yang memberikan manfaat dan proteksi yang lebih kepada pemegang polis," ujar Pantro kepada Republika di Jakarta, Rabu (15/9).

Pantro menyebutkan, sejumlah inovasi yang ditawarkan holding perasuransian dan penjaminan meliputi asuransi perjalanan, asuransi kendaraan, asuransi kesehatan yang dapat diperoleh melalui platform daring. IFG juga sedang mengembangkan asuransi kesehatan yang sesuai kebutuhan masyarakat.

Pantro menambahkan, holding BUMN perasuransian dan penjaminan juga sedang mengembangkan usage based insurance (UBI) bagi masyarakat yang hendak mendapat proteksi asuransi saat membutuhkan.

"Kami pun sedang mengembangkan platform daring yang akan menjadi financial supermarket, yang mana kami akan menyediakan solusi solusi keuangan, baik dalam bentuk asuransi maupun investasi," ujar Pantro.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by IFG Life (ifg.life)

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menilai, perlu adanya inovasi dalam industri asuransi untuk meningkatkan proteksi kesehatan masyarakat ke depan, terutama pada masa pandemi Covid-19 yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.

"Kita menyadari dan banyak ahli yang menyampaikan bahwa Covid-19 mungkin bukan hanya sebagai pandemi, tapi mungkin akan stay sebagai epidemi,” kata Kartika.

Dia mengajak asuransi ataupun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BUMN untuk juga melihat inovasi ke depan bagaimana proteksi kesehatan masyarakat bisa bersama. Jadi, tidak hanya menangani pandemi saat ini, tetapi juga menciptakan program proteksi yang bisa menjangkau seluruh masyarakat untuk masa depan bersama-sama dengan pemerintah, dalam hal ini tentunya BPJS Kesehatan.

Menurut Kartika, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui pemberian berbagai macam suplemen dan juga cakupan atau coverage yang baik terhadap kesehatan masyarakat menjadi penting dan menjadi program jangka panjang. Dengan begitu, imunitas dan resiliensi masyarakat terhadap epidemi-epidemi berikutnya pada masa akan datang bisa meningkat.

Kartika melihat bisnis asuransi di Tanah Air sangatlah potensial. Tapi, sayangnya tingkat literasi masyarakat terhadap produk asurasi masih rendah. Ia mengatakan, rendahnya literasi asurnasi menjadi salah satu penyebab permasalahan dalam industri asuransi nasional.

Berdasarkan data OJK pada 2019 lalu diketahui tingkat literasi asuransi masyarakat hanya 19,4 persen. Kartika menyampaikan, selain literasi produk asuransi yang rendah, masyarakat juga tidak paham untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan asuransi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat