Dalam secangkir kopi itu mengandung kerja keras banyak pihak dan proses yang panjang. | Dok Resep_A Coffee Story

Kuliner

Menggiring Kopi Lokal Mendunia

Dalam secangkir kopi itu mengandung kerja keras banyak pihak dan proses yang panjang.

OLEH RAHMA SULISTYA

Secangkir kopi tak hanya menyuguhkan kenikmatan dan keharuman aroma kopi yang menyegarkan di saat kantuk tiba dan menghangatkan di tengah rintikan hujan. Dalam secangkir kopi itu mengandung berbagai nilai dari kerja keras dari banyak pihak dan proses yang panjang dari tanaman kopi sampai tiba saatnya untuk diseduh dan dinikmati. 

Proses perjalanan itulah yang dialami salah satunya oleh Kopi Ciwidey. Kopi ini dihasilkan oleh para petani dari Kelompok Tani Kopi Bukit Cimanong (KTKBC) Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ciwidey adalah salah satu daerah dataran tinggi di sana dengan iklim sejuk dan berbukit-bukit. Selain ditanami sayuran dan buah, lahan di sana juga menjadi perkebunan kopi terbaik di Indonesia. 

Berkat kerja sama berbagai pihak, termasuk perbankan membuat kerja keras para petani KTKBC dapat dinikmati oleh masyarakat, tak hanya di Indonesia, melainkan juga warga dunia. Mengapa bisa begitu? 

Resep–A Coffee Story sebagai hyperlocal platform berbasis web menjadi pusat bagi KTKBC untuk berkolaborasi dan mendapatkan informasi perkembangan, teknologi, pasar, pendampingan UMKM/bisnis lokal untuk go-digital. Mereka terdiri dari tiga serangkai Founder Resep–A Coffee Story, yaitu Cepi Husada, Burhan Abe, dan Antovany Reza.

photo
Petani kopi Ciwidey Bandung, kopinya siap mendunia. - (Istimewa/Resep_ A Coffee Story)

Diawali saat panen cherry kopi oleh 230 petani ke KTKBC. Sehari bisa 20 sampai 30 ton cherry yang pasti diterima KTKBC dan petani membawa uang tunai saat pulang. Jika tidak diterima, maka petani akan membawa karungan cherry ke tengkulak dengan harga yang jauh lebih murah. "Petani jelas rugi," kata Founder Resep—A Coffee Story, Cepi Husada, sebulan lalu. 

Dari situlah, Resep–A Coffee Story lahir untuk mendukung para petani dalam mengelola hasil panen, memproses cherry kopi menjadi biji kopi hijau (green bean), produksi kopi, dan distribusi. Mereka pun membantu permodalan, mengembangkan usaha dan lahan, juga perluasan mitra kerja. Tak hanya itu, mereka juga membawa programnya ke BUMN dan PLN pun meresponsnya dengan bantuan dana hibah.  

Lahan 200 hektare di Gunung Tambakruyung dengan ketinggian 1.994 mdpl, Kecamatan Ciwidey jadi 'rumah' para petani kopi KTKBC. Kopinya menyerap keseluruhan citarasa daerah tersebut. Hasilnya, kata Cepi, biji kopi kaya rasa dan aroma yang khas, seperti kacang-kacangan, wangi bunga, buah, rasa gula palem, dan sedikit herbal. Kopinya memiliki sensasi seperti karamel mentega dan manis cokelat dengan body yang kuat menyegarkan dengan akhir yang lembut.

photo
Petani memperlihatkan biji kopi jenis Arabika yang masih basah di lereng gunung Kelud, Desa Sugihwaras, Kediri, Jawa Timur, Selasa (6/7/2021). Pengeringan biji kopi yang normalnya selama sepekan menjadi dua sampai tiga pekan akibat anomali cuaca. - (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani)

Karakter rasa inilah yang menarik minat produsen kopi kapsul kelas dunia, Nespresso, untuk membeli green bean dari KTKBC. ”Alhamdulillah, doa itu perlahan menemukan jawaban,” ucap Cepi.

Pengolahan green bean-nya, tambah dia, dilakukan oleh Olam Indonesia dan diterbangkan ke Swiss untuk roasting oleh Nespresso menjadi kapsul kopi. 

Para petani pun diuntungkan dari kerja sama ini. ”Seperti dapat durian runtuh, dapat hibah dari PLN dan belakangan kontrak dari Olam untuk Nespresso,” ucap salah satu petani anggota KTKBC.

Kolaborasi banyak pihak yang dikelola hyperlocal platform Resep–A Coffee Story inilah yang dilakukan di era digital seperti sekarang ini. Kerja sama modern tersebut ternyata dapat mengangkat bisnis UMKM agar mendapatkan nilai lebih dan berdampak sosial, ekonomi, dan budaya secara luas.

photo
Dalam secangkir kopi itu mengandung kerja keras banyak pihak dan proses yang panjang. - (Dok Resep_A Coffee Story)

Minuman Kekinian Penyampai Pesan 

 

Menyeruput kopi sering kali dinikmati saat bercengkrama ataupun mengungkapkan perasaan kepada orang terdekat. Kopi bisa menjadi teman di kala santai maupun saat-saat penuh kejutan. Meminum kopi seperti itulah yang membangun kebiasaan tertentu di kalangan anak muda. 

Kecenderungan inilah yang ditangkap CEO Hangry Abraham Viktor untuk mengembangkan usaha kulinernya. “Minuman jadi penyampai pesan melalui kemasannya. Lewat peremajaan merek, Dari Pada by Hangry, kita mengajak setiap orang dapat mengungkapkan yang dirasakannya melalui sebuah pesan dalam segelas minuman,” kata dia dalam keterangannya, Juni lalu. 

photo
Barista membuat kopi di kedai UMKM Rasio Kopi, Cipayung, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/7/2021). - (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.)

Peremajaan merek itu dilakukan Dari Pada by Hangry setiap bulan dengan masing-masing tema, seperti ‘Hilang dan Menemukan (Kembali)’ di Januari, ‘Self Love’ di Februari, dan seterusnya. Setiap tema tadi, kata Abraham, dituangkan ke dalam menu-menu minuman andalannya. Contohnya, kopi susu gula aren jadi pelengkap meeting atau Lychee Tea menyegarkan mereka yang sibuk. 

“Memulai 2021, lewat kampanye “Apa Cerita Kamu Hari Ini?”, Dari Pada by Hangry juga memperkuat identitas peremajaan mereknya dengan menyediakan platform bagi siapa pun yang ingin berbagi kisah,” lanjut dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Dari Pada by Hangry (dari.pada.id)

Di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Hangry menutup kegiatan operasional Hangry di beberapa outlet. "Ini agar seluruh tim Hangry yang mendapat giliran vaksinasi bisa fokus pada proses yang dijalankan,” jelas Abraham.

Selain minuman, Dari Pada by Hangry juga menyediakan aneka makanan, seperti Moon Chicken by Hangry, San Gyu by Hangry, Ayam Koplo by Hangry dan Dari Pada by Hangry, dan jenis lainnya. Mereka juga membantu para tenaga kesehatan dengan pemberian konsumsi di lokasi vaksinasi. 

“Terima kasih atas dukungan Hangry kepada tenaga kesehatan. Tentunya ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kami. Mari kita sama-sama berjuang agar pandemi ini segera berlalu,” kata Kepala Puskesmas Kecamatan Pademangan dr Octoviana.

Sementara itu, usaha kuliner dengan aneka minuman dan makanan juga disediakan Let's Toast. Pendiri Let's Toast Aditya Manda mengatakan, pengembangannya dilakukan dengan inovasi dalam menu juga bisnisnya. "Kami harap program kami memberikan kepuasan kepada seluruh pelanggan setia kami," kata dia, sebulan lalu. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat