Ilustrasi transaksi daring | Pexels/Karolina Grabowska

Inovasi

Makin Digital Savvy Selama Pandemi

Banyak dinamika gaya hidup digital baru yang hadir selama pandemi terjadi. 

Sejak tahun lalu, masyarakat telah beradaptasi dengan berbagai cara baru dalam menjalani kehidupan. Termasuk dalam bagaimana sebagian besar masyarakat, kini telah mulai memiliki gaya hidup yang makin digital. 

Pekan lalu, Jenius berbagi dua hasil studi yang mereka lakukan selama pandemi, yakni cara adaptasi gaya hidup digital savvy selama pandemi  dan cara adaptasi perilaku finansial 2021.

Studi adaptasi gaya hidup digital selama pandemi 2021 dilakukan dengan metodologi survey daring, selama Februari-Maret 2021. Ada 527 digital savvy berusia 26-40 tahun yang menjadi responden.

Digital Banking Business Product Head Bank BTPN Waasi B Sumintardja menjelaskan, 54 persen dari responden menyadari bahwa terjadi perubahan selama masa pandemi. Meliputi, waktu tidur, berkurangnya komunikasi, koneksi waktu kerja yang lebih fleksibel dan menurunnya produktivitas.

Menurut Waasi, selama satu tahun dalam pandemi, cara para responden bekerja, 42 persennya di kantor dan di rumah (WFO & WFH), sedangkan 28 persennya bekerja di rumah (WFH) dan 26 persennya bekerja di kantor (WFO). “Ada pula perubahan bagaimana responden menggunakan gadget. Media sosial menempati urutan pertama sebagai aplikasi yang paling sering diakses atau sekitar 82 persen,” ujarnya. 

Ssementara itu, urutan kedua dan ketiga ditempati oleh mobile/ digital banking (33 persen) dan gim (26 persen). “Mungkin di social media mereka mencari informasi kesehatan, usaha, bisnis dan segala macam. Topik keduanya mengenai keuangan, baru ke hobi,” katanya melanjutkan.

Ternyata, hasil studi  menunjukkan, sebagian besar responden menunjukkan adanya perbedaan gaya hidup di era pandemi. Mereka merasa hidup mereka melambat, namun setelah satu tahun mereka berhasil beradaptasi dengan cara baru kehidupan ini.

Selain itu, para responden juga cenderung lebih aktif dalam aktivitas digital dan daring. Banyak di antara mereka yang memanfaatkan digital untuk menemukan minat atau hobi baru.

Perubahan Gaya Transaksi 

Hasil studi yang dilakukan Jenius juga menemukan adanya perubahan cara bertransaksi. Waasi mengatakan, pada awal pandemi, 71 persen menggunakan responden biasa menggunakan mobile banking, 45 persen menggunakan ATM, 32 persen menggunakan internet banking 32 persen, 17 persen menggunakan cash deposite machine (CDM) dan tujuh persen bertransaksi melalui cabang (teller). 

Tetapi karena pandemi, telah terjadi perubahan, yakni 83 persen menggunakan mobile banking, 34 persen menggunakan internet banking, 25 persen menggunakan ATM, 12 persen menggunakan CDM dan tiga persen bertransaksi melalui kantor cabang. 

Menurut Waasi, saat ini para digital savvy kini memang cenderung lebih memperhatikan keuangannya dan cara melakukan transaksi keuangan. Oleh karena itu, transaksi digital, kian berperan penting untuk membantu pengguna dalam memenuhi kebutuhan aktivitas keuangannya.

Selain itu, masyarakat juga mulai mkin terbiasa dengan transaksi daring dan mengurangi transaksi luring atau fisik. Tak sedikit pula responden yang melihat pandemi ini, sebagai peluang untuk belajar dan mengembangkan portofolio investasi dari bisnis mereka. 

 
Digital channel pun kini semakin banyak digunakan untuk  membantu masyarakat mengembangkan bisnis selama pandemi.
WAASI B SUMINTARDJA, Digital Banking Business Product Head Bank BTPN
 
 

Senantiasa Waspada di Dunia Maya

photo
Ilustrasi ancaman siber di dunia daring - (Dok Kaspersky)

Seperti tahun lalu, Hari Raya 2021 masih akan banyak aktivitas yang digelar secara daring. Kemajuan teknologi yang kita nikmati saat ini, memang dapat membantu penaggulangan situasi pandemi. 

Namun, para pelaku kejahatan siber juga terus mengintai para pengguna. Perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, pun membagikan tips agar masyarakat Indonesia dapat merayakan Hari Raya dengan aman, meski masih secara virtual.

Tinjauan statistik terbaru Mobile Malware Kaspersky pada 2020 menunjukkan, sebanyak 378.973 upaya malware seluler terdeteksi di Indonesia tahun lalu. Jumlah ini merupakan penurunan sebanyak 31,89 persen dari 556.486 deteksi pada periode yang sama di 2019.

Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Chris Connell menjelaskan, tren yang menjadi sorotan saat ini, adalah ponsel cerdas hampir selalu menjadi perangkat yang digunakan untuk transaksi keuangan. Mulai dari, e-wallet hingga mobile banking dan berbelanja daring. 

Berdasarkan data, Kaspersky melihat pelaku kejahatan siber secara aktif mencoba menginfeksi perangkat para pengguna di Indonesia, untuk mencuri data maupun uang mereka. “Kita dapat menikmati hari besar nanti, secara virtual selama kita selalu waspada terhadap laman yang dikunjungi, tautan yang kita klik, pesan yang kita teruskan, dan yang paling penting jika kita memiliki solusi keamanan yang terpasang di perangkat pribadi,” kata Connell.

Berikut adalah beberapa tips bagi pengguna gawai untuk mengamankan ponselnya ketika akan melakukan transaksi daring: 

• Pastikan ponsel cerdas kita memiliki OS yang diperbarui

• Pertimbangkan untuk memiliki aplikasi keamanan siber yang andal untuk diinstal di ponsel.

• Verifikasi situs atau aplikasi yang akan digunakan. Selalu periksa apakah situs tersebut dilengkapi dengan enkripsi yang kuat.

• Selalu gunakan kata sandi yang kuat dan unik

• Menerapkan otentikasi dua faktor

• Unduh dompet digital atau aplikasi pembayaran dari toko resmi.

 

Peluang Baru Digital Marketing

photo
Ilustrasi belanja daring - (Pexels/CottonBro)

Ramadhan merupakan saat yang istimewa bagi umat Islam Indonesia. Sebuah riset terbaru yang dilakukan oleh perusahaan teknologi periklanan global, The Trade Desk menunjukkan, di Ramadhan kali ini, masyarakat berencana terus meningkatkan transaksi belanja daring dan pesan-antar makanan. 

Riset juga memperlihatkan, kini e-wallet atau dompet digtal telah memiliki daya tarik di Indonesia. Bahkan, satu dari tiga masyarakat Indonesia telah menggunakan dompet digital untuk membayar pengeluaran harian mereka. 

Florencia Eka selaku Country Manager Trade Desk Indonesia, menilai pergeseran selama Ramadhan merupakan peluang bagi pengiklan untuk mempertajam strategi medianya. “Saat masyarakat Indonesia menghabiskan Ramadhan dan Idul Fitri di rumah, mereka juga memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan uang secara daring,” ujarnya.

 
Saat masyarakat menghabiskan Ramadhan dan Idul Fitri di rumah, mereka juga memilih menghabiskan lebih banyak waktu dan uang secara daring.
 
 

Hal tersebut, Florencia melanjutkan, akan menciptakan peluang yang lebih berarti bagi pengiklan untuk menjangkau dan melibatkan konsumen. Mulai dari, saat mereka berbelanja, makan, hingga membayar kebutuhan sehari-hari menggunakan kanal digital. 

Adanya tren ini, membuat pengiklan harus memikirkan kembali bagaimana memperoleh data mengenai pesan-antar makanan, tren belanja bahan makanan dan produk, Termasuk juga, pembelian di dalam toko dengan dompet digital untuk mengimbangi penggunaannya yang terus bertambah. 

Menurut Florencia, meningkatnya penggunaan dompet digital menawarkan peluang kepada mereka untuk memahami bagaimana iklan digital diubah menjadi penjualan. Melalui kemitraan The Trade Desk dengan Gojek, pengiklan yang memanfaatkan aplikasi Gojek, kini juga dapat memperoleh insights atas dampak iklan daring mereka. Tak ketinggalan pula, bagaimana mengaitkannya dengan transaksi pembelian yang terjadi, baik secara daring, maupun luring.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat