Seorang gadis kecil berebut jatah makanan untuk berbuka puasa di Sana, Yaman, Kamis (15/4/2021). Perang berkepanjangan diperparah proksi Arab Saudi-Iran di negara itu menyebabkan krisis kemanuasiaan di Yaman. | EPA-EFE/YAHYA ARHAB

Tajuk

Memulihkan Hubungan Dua Kekuatan

Ketegangan di kawasan akan mengendur dengan rukunnya dua kekuatan, Iran dan Saudi.

Arab Saudi dan Iran berupaya memperbaiki relasi. Pejabat senior dua negara melakukan pembicaraan langsung. Empat tahun setelah keduanya memutuskan hubungan diplomatik. Selama ini, Saudi dan Iran sering menempuh jalan berbeda.

Pertemuan pertama pembicaraan dua belah pihak berlangsung di Baghdad, Irak, pada 9 April lalu. Pembahasan di antaranya mengenai serangan terhadap Saudi yang dilakukan Houthi, yang selama ini mendapatkan dukungan Iran.

Laman berita Reuters dan Aljazirah melansir berita pembicaraan itu, mengutip Financial Times, Ahad (18/4). Sejumlah pejabat yang mendapatkan brief mengenai pertemuan itu mengungkapkan soal pertemuan itu kepada Financial Times.

Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, yang bulan lalu berkunjung ke Saudi dan melakukan pembicaraan dengan Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman, memfasilitasi pertemuan dua kekuatan yang selama ini berebut pengaruh di kawasan itu.

 
Tentu, banyak dampak dari semakin bagusnya hubungan Saudi dan Iran. Paling tidak, persoalan perang saudara di Yaman bisa segera tuntas. 
 
 

Di sisi lain, Arab News yang mengutip seorang pejabat senior Saudi membantah adanya pertemuan langsung antara pejabat senior Saudi dan Iran. Terlepas dari semua itu, diharapkan, Saudi dan Iran benar-benar memperbaiki hubungan. Melakukan rekonsiliasi.

Tentu, banyak dampak dari semakin bagusnya hubungan Saudi dan Iran. Paling tidak, persoalan perang saudara di Yaman bisa segera tuntas. Penyelesaian konflik di Yaman tentu sekarang ini sangat mendesak diselesaikan. Mereka bisa duduk bersama, memutuskan untuk menyudahi perang pengaruh melalui kekuatan masing-masing di Yaman.

Kita ketahui, Iran memang tak turun langsung di Yaman, tapi melalui kelompok Houthi, yang menentang pemerintahan Yaman yang didukung Saudi dan sekutunya. Tuntasnya perang di Yaman, akan mengakhiri penderitaan rakyat di sana.

Laman PBB, 1 Desember 2020, mengungkapkan, perang saudara yang berlangsung sejak awal 2015 tersebut menyebabkan 233 ribu orang kehilangan nyawa. Sebanyak 131 ribu di antaranya akibat tidak langsung dari perang.  

Kehidupan mereka terenggut karena kekurangan makanan, layanan kesehatan, dan infrastruktur akibat perang. Yaman menghadapi bencana yang nyata. Pada pertengahan 2020, Yaman menghadapi kekurangan pangan dan malanutrisi yang akut.

 
Sudah masanya, semua disudahi. Apalagi, AS yang selama ini menjadi sekutu dekat Saudi juga menghendaki penghentian konflik di Yaman. 
 
 

Sudah masanya, semua disudahi. Apalagi, AS yang selama ini menjadi sekutu dekat Saudi juga menghendaki penghentian konflik di Yaman. Dalam konteks Iran, AS juga mencoba masuk kembali ke perjanjian nuklir yang saat pemerintahan Donald Trump diempaskan.

Selain soal Yaman, ketegangan di kawasan tentu akan segera mengendur. Tentu dalam jangka panjang, tak ada lagi kubu Saudi dan Iran serta negara pendukungnya. Dengan demikian, energi tak akan terbuang dalam aksi saling gertak ataupun serang.

Sebaliknya, dengan langkah seirama, mereka berpotensi mengerahkan sumber daya untuk membantu dalam menyelesaikan persoalan di kawasan dan dunia Islam secara umum. Menyatukan pandangan negara-negara Muslim.

Dengan demikian, dunia Islam memiliki posisi tawar lebih kuat dalam isu-isu internasional. Kita yakin, jika ada kemauan kuat, Saudi dan Iran yang selama ini berseteru, bisa menjadi kawan seiring dengan kekuatan besar untuk berkontribusi dalam perdamaian. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat