Ustazah mengajar santri mengaji dan pendidikan agama di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Sabtu (20/10/2018). Tidak mudah bagi kaum urban untuk mendapakan materi kajian Islam yang komprehensif langsung dari pakarnya. | ANTARA FOTO

Uswah

Mutiara Ayuningtyas, Menebar Cahaya Bagi Kaum Urban

Banyak di antara kaum urban merindukan cahaya spiritualitas di balik kehampaan perkotaan.

 

 

OLEH IMAS DAMAYANTI

 

Antusiasme keagamaan tengah tumbuh di tengah-tengah masyarakat urban. Banyak di antara mereka merindukan cahaya spiritualitas di balik kehampaan gedung-gedung perkotaan.

Kebutuhan akan akses keilmuan pun menjadi pekerjaan rumah banyak pihak agar mereka tidak salah jalan. Mutiara Ayuningtyas (32 tahun) menyadari kesulitan tersebut. Tidak sedikit dari kaum muda perkotaan yang butuh kehadiran guru-guru agama berkompeten.

“Orang-orang pesantren sangat bisa mendapat akses ke guru-guru agama yang kompeten karena mereka berada di lingkup itu. Sedangkan kalau kaum urban ini agak susah mendapatkan akses terhadap guru-guru agama yang kualitasnya sangat bagus,” kata Muslimah yang biasa disapa Tiara ini saat dihubungi Republika, Rabu (17/3).

Belum lagi, ia menyadari pendidikan agama yang komprehensif merupakan hal penting untuk diberikan kepada anak sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan. Ibu dari dua anak ini menyadari konsep Islam yang rahmatan lil alamin merupakan konsep yang harus dipelajari dengan detail.

 
Kaum urban ini agak susah mendapatkan akses terhadap guru-guru agama yang kualitasnya sangat bagus.
 
 

Sepulang tinggal dari Belanda dan Belgia, Tiara dan suaminya mendapatkan banyak pelajaran mengenai arti hidup. Mulai dari konsep kebaikan, dedikasi, keragaman, keagamaan, hingga profesionalitas manusia yang ia temui menjadi pemantik bagi dirinya untuk mempelajari Islam dengan baik dan benar.

Di Indonesia, Tiara dan suaminya bahkan berkeliling dari pengajian satu ke pengajian lainnya. Dari ustaz satu ke ustaz lainnya untuk menemukan pijakan dalam mempelajari agama Islam dengan kacamata yang luas. Dari pengalaman itu, Tiara memulainya dengan mempelajari fikih bersama ustaz yang memiliki spesialisasi tersebut.

“Jadi, seperti dokter, ulama, atau ustaz itu juga memiliki spesialisasinya tersendiri. Maka, ketika kita mau belajar fikih, ya kita datangi ulama yang kompeten dalam bidang tersebut. Mau belajar nahwu-sharaf, ya datangi ulama di bidang tersebut,” kata Tiara.

Dalam perjalanan mendatangi guru-guru agama, Tiara pada akhirnya dapat menyeleksi mana saja guru agama yang memang memiliki sanad serta kompetensi keilmuan yang komprehensif. Ketertarikannya pada ilmu ulama yang komprehensif itulah pada akhirnya membuat dia berpikir bahwa Islam sebagai keseluruhan gambaran hidup perlu disampaikan oleh ulama-ulama yang berkompeten.

Bersama suaminya, Tiara mendirikan Kajian Rumahan. Kajian yang dikhususkan untuk khalayak urban ini menjadi kesempatan dalam mengkaji kajian keislaman yang ramah bagi kaum urban, baik secara penyampaian, keilmuan, hingga pengisi konten keagamaan.

“Ada tiga key point yang memang kita terapkan dalam Kajian Rumahan. Yaitu kita tuh ingin bahwa orang yang mengkaji Islam harus terstruktur belajarnya, dari ujungnya banget. Kemudian narasinya harus ramah, dan belajar bersama ahlinya,” kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by #KajianRumahan (kajianrumahan)

Instruktur olahraga berjiwa ruhani

Sebelum mendalami Islam dari guru-guru agama yang komprehensif, Tiara sempat mempertanyakan dalam hati apakah profesinya sebagai instruktur olahraga merupakan hal yang berdosa.

“Karena kan kalau senam, itu pakai musik ya. Lalu saya berpikir, dosa nggak ya ini musik? Sampai sebegitunya dulu saya berpikir. Ternyata mempelajari Islam tidak bisa sepotong, atau berhenti pada jawaban satu-satunya mutlak. Begitu saya pahami, senamnya jadi mendatangkan dosa kalau karena itu (senam) kita melalaikan shalat,” kata dia.

Berdasarkan pengalamannya belajar dari guru-guru agama, ia mendapatkan kesan tentang konteks fitrahnya manusia untuk bermanfaat. Dari sekian banyak ibadah yang disebarkan Allah kepada manusia, akan lebih baik seorang hamba mendalami suatu ibadah yang disenanginya.

Mengajar olahraga, kata dia, secara kasat mata memang tampak tidak ada unsur Islaminya. Namun, jika dipikir secara fundamental, Islam mengajarkan pentingnya kesehatan dan menjaga tubuh. Artinya, kata dia, apa yang ia bisa lakukan berdasarkan kapasitasnya jika dilakukan dengan pakem yang benar, hal itu termasuk bagian dari ibadah.

“Salah satu ajaran Islam adalah menjaga kesehatan tubuh, ini perintah agama juga. Bahwa tubuh memiliki hak untuk bergerak. Jadi bagi saya, menjadi instruktur olahraga adalah salah satu bentuk ibadah. Menebarkan manfaat ke orang lain,” kata Tiara.

 
Bagi saya, menjadi instruktur olahraga adalah salah satu bentuk ibadah. Menebarkan manfaat ke orang lain.
 
 

Selain kesibukannya sebagai seorang instruktur olahraga, Tiara juga aktif di bidang sosial dan pendidikan dengan mengajar kaum dhuafa. Baginya, aktivitas kesibukan yang ia lalui merupakan sebuah amanah hidup yang perlu dijalani sebagai bekal bertemu Sang Khalik.

Jika seseorang menganggap akhirat sebagai tujuan akhir, rutinitasnya akan dipenuhi ibadah yang menghadirkan kesalehan individual serta kesalehan sosial.

photo
Mutiara Ayuningtyas, menebar cahaya bagi kaum urban. - (DOK Pribadi)

Profil

Nama lengkap: Mutiara Ayuningtias

Tempat, tanggal lahir: Jakarta, 20 Agustus 1988

Riwayat Pendidikan: Sekolah Ilmu Teknolog Hayati, ITB 2004, Facilulteit Bio-Ingenieurswetenschappen, Universiteit Gent 2009

Riwayat aktivitas: Salah satu pendiri Komunitas Kajian Rumahan, Relawan Pengajar Yayasan Sekolah Maleo

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat