Pihak keluarga dibantu petugas pemakaman mengenakan alat pelindung diri (APD) saat memakamkan jenazah keluarganya dengan protokol Covid-19 di TPU Cikadut, Jalan Cikadut, Mandalajati, Kota Bandung, Jumat (29/1). | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Nasional

Tingkat Keterisian Rumah Sakit Pengaruhi Angka Kematian

Tingkat keterisian yang tinggi berimbas pada kemampuan rumah sakit melayani pasien Covid-19

JAKARTA – Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia dalam hal penambahan angka kematian akibat Covid-19 secara harian. Berdasarkan rekap data harian yang dilakukan ‘our world in data’ per 28 Januari, Indonesia ‘mengungguli’ India, Turki, Jepang, dan Iran.

Bahkan negara tetangga seperti Singapura, Vietnam, dan Brunei berada jauh di bawah Indonesia dengan mencatatkan nol kasus kematian baru. Melihat tren selisih angka kematian harian antara Indonesia dan negara-negara lain di Asia yang cukup jauh, maka Indonesia masih tertinggi dengan laporan kematian 187 orang pada Jumat (29/1).

Sebagai gambaran, terhitung sejak 1 Januari 2021 Indonesia tidak pernah sekalipun mencatatkan penambahan angka kematian di bawah 150 orang per hari. Capaian terendah adalah 171 orang pada 24 Januari lalu. Rekor tertinggi bahkan tercatat pada Kamis (28/1) dengan 476 pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

photo
Perkembangan Covid-19 Kematian Harian per 29 Januari 2021 - (covid19.go.id)

Sementara negara-negara lainnya di Asia mencatatkan tren angka kematian yang konsisten menurun. India dan Turki, misalnya, kompak menunjukkan tren penurunan ke bawah 150 kematian per hari. Sementara Jepang, Iran, dan Filipina juga mencatatkan angka kematian di bawah 100 orang per hari sejak awal Januari lalu.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito tak menampik kondisi yang dialami Indonesia terkait tingginya angka kematian. Menurutnya, angka kematian sangat bergantung pada kemampuan pelayanan kesehatan. Tingkat keterisian yang tinggi, kata dia, otomatis akan berimbas pada kemampuan rumah sakit melayani pasien Covid-19. Risikonya, angka kematian pun meningkat.

“Dapat juga dipengaruhi kemampuan deteksi dini kasus positif, karena semakin dini dideteksi maka akan memperkecil peluang keparahan penyakit yang berujung pada kematian,” kata Wiku kepada Republika, Jumat (29/1).

Melihat fenomena tingginya angka kematian saat ini, Wiku mengakui bahwa fasilitas kesehatan di Indonesia kewalahan dalam menerima pasien baru Covid-19. Di saat yang sama, RS tetap harus melayani pasien non-Covid-19 yang butuh perawatan.

Data terbaru yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19, dari 77 kabupaten/kota yang melakukan pembatasan kegiatan (PPKM) sejak 11 Januari 2021, sebanyak 30 daerah belum sanggup menekan angka keterisian tempat tidur isolasi dan ICU (BOR/bed occupancy ratio). Ketujuh provinsi yang menerapkan PPKM di Jawa-Bali pun tak kunjung mampu menekan angka BOR jauh di bawah 70 persen.

“Saat ini pemerintah berupaya melakukan upaya antisipatif untuk mengatasi ini. Tidak hanya di hilir atau fasilitas kesehatan, namun juga di hulu untuk mencegah penularan penyakit,” ujar Wiku.

Namun di luar kenyataan bahwa angka kematian Covid-19 di Indonesia cukup tinggi, Wiku memandang perbandingan dengan negara lain lebih baik menggunakan perhitungan angka kematian per 1 juta penduduk. Hal ini, menurutnya lebih sepadan dilakukan mengingat tantangan setiap negara berbeda-beda seperti jumlah penduduk atau kondisi geografis.

“Jika merujuk pada worldometer, untuk angka kematian per 1 juta penduduk hari ini, Indonesia berada di peringkat 19 dari 49 negara terdaftar. Di dunia berada di peringkat 106 dari 221 negara,” kata Wiku.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani, mengatakan, penyebab terbesar meninggalnya pasien Covid-19 secara global akibat dua hal, yaitu lanjut usia dan memiliki penyakit penyerta (komorbid). Di Indonesia, kata dia, kematian akibat Covid-19 juga akibat dua hal tersebut.

Namun, Laura mengaku belum menemukan data spesifik penyebab kematian orang terinfeksi Covid-19 di Tanah Air. Minimnya informasi ini termasuk mengenai penyakit penyerta orang yang meninggal akibat Covid-19, bisa jadi karena hipertensi, jantung, atau diabetes mellitus.

Selain itu, Laura menduga ada kemungkinan orang yang terinfeksi Covid-19 datang ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah berat atau kritis. Persoalan bertambah ketika mereka masih harus menunggu karena tidak mendapatkan kamar perawatan atau ruang ICU atau ventilator. Kemungkinan penanganan yang tidak cepat ini bisa mengakibatkan kondisi berat bahkan fatal yang menyebabkan kematian.

“Itu bisa jadi faktor lainnya karena saya melihat dan mendengar sendiri banyak yang mencari ICU, tidak mendapatkannya kemudian meninggal dunia, tetapi belum ada datanya,” kata Laura.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat