Interior Masjid Raya al-Fatih Bahrain | Erdy Nasrul/Republika

Arsitektur

Masjid Raya al-Fatih, Kebanggaan Negeri Dua Lautan

Masjid Raya al-Fatih berdiri sejak 1988 dan memiliki kubah fiberglass terbesar di dunia.

OLEH HASANUL RIZQA

Bahrain merupakan sebuah negara pulau di Teluk Persia. Seperti umumnya negara-negara kawasan Arab, wilayahnya didominasi padang pasir, yakni lebih dari 90 persen luas keseluruhannya. Kerajaan yang beribu kota di al-Manama itu terhubung dengan Jazirah Arab melalui Jembatan Raja Fahd.

Selain Arab Saudi, tetangga terdekatnya adalah Qatar yang berjarak hanya sekira 50 kilometer dari arah tenggara. Bank Dunia menggolongkannya sebagai sebuah negara berpendapatan tertinggi. Di samping itu, Bahrain juga memiliki tingkat Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi.

Sejak akhir 1990-an, pemerintah setempat memacu sektor perbankan dan pariwisata, tidak hanya mengandalkan penerimaan dari minyak bumi. Alhasil, kini negara yang sedikit lebih luas daripada Singapura itu menjadi salah satu primadona turisme dunia.

Biasanya, Bahrain menerima kunjungan tak kurang dari empat juta turis per tahun. Para pelancong dapat menikmati berbagai destinasi pariwisata setempat, mulai dari beragam mal, museum, arena sirkuit Formula-1, hingga pulau-pulau buatan. Khususnya bagi Muslimin, yang sayang bila terlewatkan ialah masjid-masjid megah di sana. Salah satunya adalah Masjid Raya al-Fatih di Kota al-Manama.

photo
Keindahan bagian lorong Masjid Raya al-Fatih di al-Manama, Bahrain. Nama masjid tersebut diambil dari nama sosok Ahmad bin Muhammad, sang leluhur Dinasti al-Khalifa. - (DOK WIKIPEDIA)

Bangunan yang berdiri sejak tahun 1988 itu merupakan salah satu masjid terbesar di dunia. Tempat ibadah itu dibangun di atas lahan seluas 6.500 meter persegi. Secara keseluruhan, daya tampungnya memuat hingga tujuh ribu orang jamaah.

Selain berfungsi sebagai sarana peribadahan, Masjid Raya al-Fatih juga dibuka untuk para wisatawan, termasuk yang non-Muslim. Asalkan, mereka mematuhi tata krama dan peraturan untuk memasukinya, seperti berpakaian yang menutup aurat.

Inisiator masjid tersebut adalah sang amir pertama Bahrain, Syekh Isa bin Salman al-Khalifa (1931-1999). Ia bermaksud mendirikan sebuah masjid nasional tidak hanya sebagai sarana publik bagi rakyatnya, tetapi juga menyimbolkan kejayaan dan persatuan negeri.

Sebagai informasi, negara yang namanya secara harfiah berarti ‘dua lautan’ itu mendeklarasikan kemerdekaan dari Britania Raya pada 15 Agustus 1971. Sejak saat itu, negara petrodolar tersebut terus berbenah diri hingga menyongsong zaman modern dan pascamodern.

photo
Penampakan sisi bagian dalam kubah Masjid Raya al-Fatih di al-Manama, Bahrain. Kubah masjid tersebut didaulat sebagai kubah fiberglass terbesar di dunia. - (DOK WIKIPEDIA)

Masjid yang dinanti-nanti akhirnya tuntas dikerjakan. Syekh Isa kemudian menamakannya sebagai Masjid al-Fatih. Ia terinspirasi dari sosok Ahmad bin Muhammad (1783-1795), sang leluhur Dinasti al-Khalifa yang memerintah Bahrain sejak dahulu hingga kini.

Ahmad memiliki nama julukan, yakni al-Fatih, ‘sang penakluk.’ Sebab, dialah yang pertama kali menaklukkan suku-suku bangsa yang menghuni pulau tersebut dan menyatukannya secara politik.

Masjid Raya al-Fatih didominasi warna krem dan putih. Salah satu aspek yang mencolok dari bangunan tersebut adalah kubahnya. Seluruhnya terbuat dari bahan kaca serat (fiberglass).

photo
Sisi interior Masjid Raya al-Fatih di al-Manama, Bahrain. Tampak lampu gantung berukuran besar menjadi sumber penerangan utama ruangan shalat di sana. - (DOK WIKIPEDIA)

Itu menjadikannya sebagai kubah fiberglass terbesar di dunia. Kemegahan masjid ini juga tampak dari bagian lantainya yang terbuat dari marmer Italia. Bagian interiornya dipercantik dengan lampu gantung besar yang diimpor langsung dari Austria. Adapun semua pintu pada bangunan ini dibuat dari kayu jati India.

Masjid kebanggaan masyarakat Bahrain itu menampilkan corak arsitektur modern yang dipadukan dengan unsur-unsur budaya India, Arab, dan Turki. Warna kultur India tampak dari bentuk kubah yang menyerupai setengah bola dan dua menaranya yang tinggi menjulang.

Adapun rona budaya Arab terlihat dari penampakan eksterior bangunan utamanya. Pada bagian atapnya, terdapat pola-pola geometris, seumpamanya benteng-benteng klasik di Tanah Arab—sebut saja Benteng Masmak di Riyadh, Arab Saudi.

Pesona Masjid Raya al-Fatih semakin terasa di bagian dalamnya. Bila melihat langit-langit di ruangan utama tempat shalat, Anda akan merasa seakan-akan berada di masjid historis Turki. Ya, penampakan sisi interior masjid tersebut tampaknya sengaja diserupakan dengan masjid-masjid klasik dari peradaban Utsmaniyah.

Kubah raksasa ditopang dengan empat pilar yang terhubung satu sama lain oleh lengkungan. Sisi-dalam kubah tersebut menampilkan motif-motif geometris yang minimalis sehingga terkesan mengikuti gaya arsitektur modern. Tepat di bawahnya, ada sebuah lampu gantung besar, dengan bola-bola lampu kristal yang indah. Berbagai ukiran kaligrafi ayat-ayat Alquran kian mempercantik sisi interior dan eksterior masjid tersebut.

photo
Masjid Raya al-Fatih menjadi kebanggaan bersama masyarakat dan pemerintah Bahrain. - (DOK ARCHNET)

Otoritas setempat sejak tahun 2006 menambahkan fungsi pendidikan pada Masjid Raya al-Fatih di al-Manama. Itu ditandai dengan pendirian gedung Perpustakaan Nasional Bahrain dalam kompleks masjid tersebut. Perpustakaan itu kemudian dinamakan sebagai Pusat Keilslaman Syekh Ahmad bin Muhammad al-Fatih (Ahmed Al-Fateh Islamic Center). Koleksinya cukup banyak dan beragam.

Ada lebih dari tujuh ribu judul buku yang tersimpan di sana. Tidak hanya karya-karya yang terbit pada era modern, tetapi juga naskah-naskah klasik dan manuskrip-manuskrip kuno. Pengunjung dapat melihatnya pada pelbagai galeri yang telah disediakan.

Beberapa koleksi Ahmed Al-Fateh Islamic Center ialah kitab hadis dari zaman abad pertengahan. Begitu pula dengan buku-buku biografi Nabi Muhammad SAW yang ditulis para sarjana dari era keemasan Islam. Tak ketinggalan, naskah-naskah jurnal yang diterbitkan Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir, pada berabad-abad silam. Semuanya masih terjaga dengan baik di perpustakaan tersebut.

photo
Masjid Raya al-Fatih di al-Manama, Bahrain, berdiri sejak 1988. - (DOK WIKIPEDIA)

Dalam situasi pandemi Covid-19, pemerintah Kota al-Manama memberlakukan protokol kesehatan bagi setiap pengunjung ruang-ruang publik. Pada mulanya, masjid-masjid setempat ditutup untuk umum demi mencegah penyebaran virus korona baru.

Setelah berbulan-bulan lamanya, aturan itu diperlonggar sehingga warga lokal dapat menunaikan ibadah kembali di masjid. Hingga kini, Kerajaan Bahrain terus berjuang untuk mengatasi dampak wabah tersebut di pelbagai sektor, termasuk pariwisata.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat