Mastia Lestaluhu | Dokumentasi Pribadi

Uswah

Mastia Lestaluhu, Alquran Jadi Napas Hidup Sehari-hari

Upaya Mastiah untuk berprestasi sebagai pembaca Alquran tidak lepas dari tempaan kedua orang tuanya.

Lahir dan besar di timur Indonesia, Mastia Lestaluhu (27 tahun) bak permata dalam dunia qiraat. Mastia membawa nama daerah dan bangsanya ke tataran dunia internasional sebagai qariah dunia.

Upaya Mastia untuk berprestasi sebagai pembaca Alquran tidak lepas dari tempaan kedua orang tuanya. Dia mengungkapkan, saat membangun rumah tangga, sedari awal orang tuanya memutuskan untuk menyiapkan pola pengasuhan (parenting) agar anak-anaknya dekat dengan Alquran. 

Kebetulan, Mastia menceritakan, kedua orang tuanya juga memiliki ketertarikan dalam dunia tilawah dan qiraat. “Mereka telah bersepakat bahwa anak-anaknya tak boleh ‘terkontaminasi’ dengan kebiasaan dan lingkungan orang lain. Jadi, orang tuaku cari rumah yang dengan sedikit sekali tetangga,” kata Mastia saat dihubungi Republika, Selasa (10/11).

Dengan pola seperti itu, pendidikan Alquran yang diterapkan kedua orang tuanya benar-benar terasa. Apalagi, lewat Alquran yang dibalut dengan seni tilawah dan qiraah, Mastia kecil pun tak pernah bosan. 

Kala itu, anak-anak di lingkungan Desa Tulehu, Maluku, Ambon, lebih gemar membicarakan tentang sepak bola. Mastia ingat bagaimana para anak-anak sebayanya kerap mendahulukan sepak bola daripada mengaji. “Ada juga yang minta ke guru ngaji untuk paling pertama baca (Alquran) agar tidak tertinggal pertandingan sepak bola,” kata dia.

Mastia juga bercerita tentang ibunda yang memiliki andil besar terhadap perjalanan dan perkembangan diri Mastia sebagai qariah. Terhitung sejak 2002 hingga 2008, Mastia selalu didampingi ibunda ke manapun ia ikut kompetisi MTQ. Adapun tujuan ibu Mastia mendampingi anaknya adalah agar penjagaan terhadap pola makan, latihan, serta sikap sebagai seorang qariah dapat terus dipantau dengan baik.

“Saya bersyukur punya support system yang benar-benar baik. Ibu, ayah, bahkan kedua kakak saya adalah qoriah. Kami senang hidup dengan Alquran, maka pendampingan dari ibu saya ini benar-benar nikmat yang memengaruhi perkembangan tilawah saya,” kata dia.

Malang melintang dalam dunia tilawah dan qiraat nyatanya tak membuat Mastia merasa jenuh dengan aktivitasnya itu. Menurut dia, jika seseorang telah mendalami dan merasakan bagaimana kenikmatan dalam mencintai Alquran melalui seni, rasa bosan terhadap seni tilawah dan qiraat hanya menghinggapi sesaat saja.

Mastia juga telah bersiap untuk mengabdikan dirinya menjadi pendamping para qariah di kompetisi internasional. Mengingat, dia kini dianggap telah menjadi peserta yang cukup senior dalam kompetisi. 

Dia pun berpesan kepada para qari dan qariah di Indonesia untuk jangan pernah berhenti untuk berlatih. Selain pola makan yang baik dengan mengatur makanan dan minuman demi menjaga kualitas suara, konsistensi dalam latihan harus terus dilakukan.

 
Kita (qariah) jangan hanya pandai melantunkan Alquran dengan indah dari suara, tapi lantunkan juga Alquran yang indah dari sikap.
MASTIA LESTALUHU
 

Mastia juga mengingatkan, inti dari mempelajari seni tilawah dan qiraat Alquran bukan harus berhenti pada pemaknaan qiraat sebagai seni. Namun, mengaplikasikan ajaran Alquran sebagai nafas hidup sehari-hari. “Kita (qariah) jangan hanya pandai melantunkan Alquran dengan indah dari suara, tapi lantunkan juga Alquran yang indah dari sikap. Hiasi diri dengan jiwa Qurani,” ungkapnya.

 

PROFIL

Nama lengkap: Mastia Lestaluhu

Tempat, tanggal lahir: Ambon, 1 Mei 1993

Riwayat pendidikan: S1 Hukum Perdata Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (2015), D4 Kahfi BBC Motivator School, S2 Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta (2019)

Riwayat aktivitas: Anggota OSIS, anggota Tapak Suci Muhammadiyah, anggota Lembaga Dakwah Kampus Ulil Albab UMJ, anggota di Karate Inkai ranting Jakarta Timur, instruktur tahsin tilawah dan seni mujawwad Alquran di sejumlah tempat (Masjid Fathullah UIN Jakarta, Himpunan Qori-Qoriah Mahasiswa UIN Jakarta, Lembaga Pengembangan Tilwah Alquran Provinsi Banten, dan di Yayasan Kemuning Center).

Prestasi: juara1-3 tilawah dewasa putri MTQ Nasional dari tahun 2012-2016, juara I pekan tilawah Alquran RRI TVRI Nasional (2011), juara II ihtifal pengajian tinggi ASEAN (2011 di Malaysia), juara II MTQ internasional (2016 Malaysia).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat