Lukisan Affandi | ANTARA FOTO

Jakarta

PKN Mengenalkan Pelukis Affandi dan Pangeran Diponegoro

PKN menjadi ajang mengenalkan karya seni kepada khalayak juga energi bagi 4.790 seniman.

 

LAURA ARIESTA

Pegiat seni

 

Belajar sejarah terasa membosankan? Belum tentu. Bagaimana jika sejarah tersebut disajikan dengan memadukan materi dan teknologi muktahir yang membuat mata terpukau? Di Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 ini, kita (terutama generasi muda bangsa) akan diajak berkenalan dengan maestro lukis Affandi dan Pangeran Diponegoro dalam bentuk kekinian.

PKN yang merupakan hasil resolusi dari Kongres Kebudayaan Indonesia tahun 2018 lalu, diadakan pertama kali tahun 2019 pada tanggal 7-11 Oktober. Hanya empat hari, tapi berhasil menarik sekitar 250 ribu pengunjung. Tahun ini sebenarnya PKN juga hendak dilaksanakan secara luring di Istora Senayan, namun apa daya pandemi Covid-19 keburu menyerbu. Akhirnya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid dan timnya kembali putar otak agar perhelatan terbesar di Indonesia ini tetap berlangsung.

Mengapa? Bukankah bangsa sedang dilanda kesulitan efek pandemi? Hilmar Farid menegaskan di acara Taklimat Media PKN 2020 virtual, Jumat, 23 Oktober lalu, justru di tengah kesulitan ini, kemudahan harus ada. Ajang ini tidak saja menjadi pemersatu bangsa melalui keanekaragaman budaya yang tersebar hingga pelosok tanah air, tetapi juga sebagai jembatan pertemuan antara seniman senior dengan seniman junior, memperkenalkan para seniman dan budayanya dengan khalayak luas, terutama generasi muda, termasuk menunjukkan kepada dunia internasional jika para seniman dan pelaku budaya Indonesia tidak menyerah di tengah terjangan pandemi.

Selain itu, festival ini merupakan angin segar dan harapan baru bagi sekitar 4.790 seniman, pelaku budaya, dan pekerja kreatif yang terlibat di dalamnya, karena mereka sudah sekitar 7-8 bulan tidak manggung, alias jobless

 

 

Kami sudah delapan bulan tidak manggung, sampai lupa rasanya manggung. 

 

SRI HARTINI, Koordinator Umum PKN 2020.
 

Tak hanya itu, pandemi Covid-19 malah membuka jalan baru, cara baru dalam melaksanakan perhelatan besar ini. Mereka mengawinkan kebudayaan dengan teknologi agar PKN 2020 tetap bisa disaksikan secara daring dan menarik peminat. Bahkan bisa jadi ini merupakan ajang festival kebudayaan terbesar sedunia yang memakai teknologi virtual. Karena melibatkan seniman dan pelaku budaya dari seluruh Indonesia. Bahkan melibatkan anak-anak Indonesia yang tinggal di luar negeri melalui program kompetisi berupa perlombaan permainan lokal dan tradisional.

Perkawinan budaya dan teknologi yang dinanti para penikmat seni dan sejarah di antaranya ialah Pameran Imersif Affandi di Galeri Nasional Indonesia yang akan diadakan tanggal 26 Oktober-25 November 2020 dan Pameran Pusaka Pangeran Diponegoro: Pamor Sang Pangeran yang akan diselenggarakan di Museum Nasional Indonesia pada tanggal 28 Oktober-26 November 2020 ini. 

Kedua pameran ini meski bisa disaksikan secara daring, namun juga dilaksanakan secara luring. Tentu saja dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Karenanya setiap pengunjung yang datang dibatasi antara 20 hingga 25 orang per sesinya. Dalam sehari ada sekitar 5-6 sesi. Caranya, lakukan registrasi terlebih dahulu melalui https://pkn.id untuk mendapatkan tempat.

Pameran Imersif Affandi (1907-1990) adalah melihat kembali Affandi melalui karya-karyanya yang juga turut berperan dalam dinamika kebudayaan nasional. Affandi memiliki filosofi hidup berupa simbol matahari, tangan, dan kaki yang mewakili kisah tentang daya hidup, kerja keras, dan terus melangkah maju. Dalam pameran ini kita akan diajak merasakan pengalaman imersif ‘memasuki’ dunia lukisan Affandi yang disajikan dalam proyeksi gambar bergerak (video mapping projection) dengan iringan musik dan suara. Selain itu dipamerkan pula sekitar 10 hingga 15 lukisan Affandi koleksi Galeri Nasional Indonesia yang merepresentasikan perjalanan seni lukisnya dari tahun 1940 hingga 1970-an.

Bagaimana dengan Pamor Sang Pangeran? Ini takkan kalah canggih karena kisah kehidupan Sang Pangeran akan ditampilkan melalui konsep mendongeng (storytelling) yang dilengkapi dengan video mapping dan komik manga ala Jepang. Ini tentu akan digemari kalangan generasi muda. Kuda Sang Pangeran yang tersohor pun ikut ditampilkan dalam bentuk hologram, yang merupakan pusaka hidup bernama Kanjeng Kiai Gentayu.

Kemudian ada film animasi kisah Pangeran Diponegoro sejak di penangkapan di Magelang (28 Maret 1830) sampai diasingkan ke Manado (3 Mei 1830) yang diberi judul, “Diponegoro 1830”. Yang tak kalah menarik yakni ditampilkannya pusaka-pusaka Sang Pangeran yang pernah dirampas Belanda, serta otobiografinya “Babad Diponegoro (1831-1832)” yang ditulisnya saat awal pengasingan di Manado. 

Kedua tokoh ini diharapkan menjadi sosok inspiratif bagi generasi muda di era pandemi Covid-19 untuk membentuk karakter yang pantang menyerah dan memiliki semangat juang tinggi. Hadirnya pandemi tak boleh menghalangi berkibarnya tema PKN “Ruang Bersama Untuk Indonesia Bahagia” yang telah disepakati sejak kongres tahun 2018 tersebut. 

PKN 2020 sendiri akan berlangsung dari tanggal 31 Oktober hingga 30 November 2020. Semua informasi, perkembangan, dan jadwal konferensi, pameran, kompetisi dan pagelaran bisa dicek melalui website https://pkn.id atau akun Instagram @pekankebudayaannasional.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat