Rumah warga di Kampung Pangkalan Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi rusak berat akibat gempa 6,1 SR di Lebak Bantenpada 2018 silam. | Riga Nurul Iman/Republika

Wawasan

Antisipasi Risiko Disiapkan Sejak Dini

Kami sedang upayakan mengurangi risiko bencana bila terjadi gempa yang berpotensi tsunami.

Penelitian yang menyebut munculnya potensi tsunami di selatan Pulau Jawa menjadi kewaspadaan di wilayah yang berada di dekat pantai selatan. Rilis potensi tsunami yang diperkirakan bisa mencapai ketinggian 20 meter diklaim bukan untuk menakuti publik, melainkan sebagai peringatan dini adanya bahaya yang menjadi peristiwa berulang. Hal ini berdasarkan kajian usia material kerang yang ditemukan di daratan.

Bagaimana daerah menanggapi adanya potensi tsunami ini? Terutama di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan pantai selatan Pulau Jawa? Wartawan Republika Riga Nurul Iman berbincang dengan Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Maman Sulaeman. Berikut petikannya:

Bagaimana tanggapan soal hasil riset ITB terkait potensi tsunami di selatan Jawa?

Bencana pasti akan menimbulkan risiko baik materiel maupun jiwa. Kesiapan kita, bagaimana untuk mengurangi risiko bencana tersebut. Benar atau tidak bencana itu akan terjadi kembali kepada Allah SWT. Namun, berdasarkan kajian, potensinya ada.

Potensinya apa, megathrust ketika patah menimbulkan gempa, dampak gempa timbullah tsunami. Hal inilah yang jadi perhatian dari hasil kajian ITB tersebut.

photo
Satu unit rumah roboh di Kampung Nangerang, Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi akibat gempa pada Selasa (10/3) sore. - (Riga Nurul Iman/Republika)

Apakah sudah ada alat untuk memberitahu warga ketika terjadi tsunami?

Kami hanya punya alat EWS atau early warning system ketika gempa terjadi bagaimana memberi tahu warga bahwa gempa berpotensi tsunami agar mereka berlindung atau menghindari.

Masih berfungsi dengan baik di selatan Sukabumi?

Alat EWS ini memang pemeliharaannya cukup mahal. Di beberapa titik ada kerusakan, tetapi diupayakan sesegera mungkin segera berfungsi. Akan tetapi, yang penting bukan EWS-nya ada, yang lebih baik efektif dan baik dengan menggunakan kearifan lokal.

Misalnya, dengan kentongan semua warga di pantai selatan mempunyai kentongan. Ketika terjadi gempa di atas 6 SR, mau ada tsunami atau tidak, kentongan berbunyi, mereka akan diarahkan lari ke jalur evakuasi dan ini sedang diupayakan pemda.

Adakah upaya lainnya menghadapi potensi tsunami?

Kami sedang upayakan mengurangi risiko bencana apabila terjadi gempa bumi yang berpotensi tsunami. Salah satunya, edukasi dan memberikan pemahaman serta pelatihan kepada masyarakat. Selain itu, membuat jalur evakuasi dan membuat lahan evakuasi itu yang disiapkan.

Dari hasil pemetaan wilayah Sukabumi, mana yang paling rawan?

Berdasarkan posisi geografis wilayah selatan dari segi jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat, yakni Kecamatan Palabuhanratu, Cisolok, dan Cikakak. Di samping itu, Ciemas dan Ciracap karena ada pantai selatan dan lainnya Tegalbuleud karena landai lahan evakuasinya dan agak jauh dari permukiman masyarakat.

Artinya, Sukabumi sudah siap mengantisipasi ketika ada tsunami? 

Kalau maksimal belum, tapi usaha ditingkatkan dan akan cek semua alat EWS mana yang masih jalan dan mana yang akan diperbaiki. Selain itu, hasil riset ITB tersebut merupakan kajian ilmiah yang akan jadi masukan penting dalam melakukan antisipasi.

Harapannya, warga meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana dan tidak perlu panik karena belum tahu pasti kapan bencana tersebut akan terjadi karena baru hasil kajian. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat