Malahayati membentuk armada laut khusus yang berisi para janda prajurit Kerajaan Aceh.

Gerakan ini merupakan starting point bagi kebangkitan Islam selanjutnya.

Ketika Jepang menyerah dan meninggalkan Indonesia, era umat Islam berpolitik tak semulus yang dibayangkan.

Tugu batu yang dibangun di Solo pada 1934 hanyalah monumen 25 tahun pergerakan nasional.

Berbagai pajak dan pungutan itu 'ditarik' oleh para kapiten Cina yang mengurus mereka laksana raja-raja Mandarin.

Jong Islamieten Bond diisi pemuda Muslim yang memantapkan Islam sebagai sandaran identitas.

Semasa mudanya Juanda hanya aktif dalam organisasi nonpolitik Pagoeyoeban Pasoendan (PP) dan anggota Muhammadiyah.

Begitulah Ki Hajar. Dalam keadaan serba kekurangan di pengasingan, ia tetap dapat bersikap mandiri.

Ia juga dikenal sebagai pencetus lahirnya falsafah hidup orang Minang.

Di rapat tertutup Kongres Budi Utomo pada 1926 itu pula muncul keinginan agar Budi Utomo tidak lagi aktif di kegiatan politik.