Oleh: Nurul Amanah

Jonathan membawakan delapan karya dari komposer dunia.

Jonathan Kuo berlatih piano setiap hari. Terkadang, dia sampai tidak menghitung berapa banyak waktu yang dihabiskan di depan alat musik berdawai baja tersebut.

 

Selain dari segi teknis, pianis muda ini juga tak malas mengasah konsentrasi. Apabila hendak manggung, Jonathan memperdalam setiap karya yang akan dibawakannya. Menurut dia, hal tersebut bisa membantunya menciptakan emosi kuat.

 

Emosi tersebut terasa saat dia menggelar Konser Resital Solo. Konser yang diadakan di Balai Resital Kertanegara, Jakarta, Selasa (25/6), ini menjadi bukti proses latihannya tak sia-sia.

 

Delapan karya yang Jonathan suguhkan memanjakan telinga 200 penonton yang datang. Karya-karya tersebut merupakan milik pianis besar dunia, seperti Beethoven, Bach, dan Chopin. Salah satunya, yaitu "Thirty Two Variations in C Minor WoO 80"karya Beethoven.

 

Penampilannya terbagi menjadi dua sesi. Masing- masing sesi tediri atas empat karya. Durasi setiap karya berkisar antara tujuh sam pai 12 menit dengan durasi total kurang lebih 90 menit.

 

Menurut Jonathan, dalam musik klasik, musisi perlu menggali sedalam mungkin maksud komponis menciptakan sebuah lagu. "Harus baca buku tentang biografi kom ponisnya juga, lebih banyak tantangannya, tapi kalau terus menerus akan menemukan keasyikannya," ujar pemuda 17 tahun ini.

 

Meski kecintaannya terhadap piano dan musik klasik begitu besar, tapi Jonathan pernah merasa jenuh. Jika rasa itu datang, dia buru-buru mengusirnya.

 

"Saya selalu berusaha untuk menepisnya dan ingat kalau ini passion saya," ujar nya.

 

Salah satu penonton, Hensen, cukup sering menyaksikan penampilan Jonathan.

 

Dia setia hadir di berbagai kompetisi maupun konser yang diikuti Jonathan. "Saya tertarik sama penampilannya, cara bermain nya, pianis muda yang keren-lah," kata Hensen.

 

Nama Jonathan memang sudah cukup akrab di telinga penikmat musik klasik. Dia sering mengikuti kompetisi tingkat nasional dan internasional. Dia sudah menggelar resital perdananya saat berusia 13 tahun. Prestasi terakhir yang diperolehnya tahun ini adalah Concerto Encouragement Prize dari Virginia Waring International Piano Competition di Palm Spring USA.

 

Tahun lalu, dia sukses membuat penonton terkesima melalui Konser Young Steinway Artist Gala Concert di Aula Simfonia, Jakarta. Konser ini merupakan penghargaan bagi Jonathan lantaran menjadi salah satu Young Steinway Artist dari merek piano ternama di dunia, Steinway & Sons.

Bukan dari Keluarga Pianis

Dukungan keluarga, guru, dan teman-teman adalah motivasi besar bagi Jonathan Kuo. Sang ibu, Linda Kartasasmita, menempati posisi nomor satu sebagai pendukungnya.

 

Hubungan keduanya sangat dekat. Bahkan, kata Jonathan, salah satu alasan belum terpikir belajar piano ke luar negeri adalah ibunya.

 

"Kalau (belajar) di luar, Mami saya bilang, akan terlalu rindu Jonathan dan tidak bisa hidup.Katanya begitu," jelasnya.

 

Linda bercerita mengenai keseharian Jonathan. Di matanya, Jonathan adalah anak penurut dan disiplin. Buah hatinya itu juga memiliki kebiasaan unik.

 

"Dia hobinya enggak macam- macam, suka ke hutan, lihat yang hijau-hijau, bukan remaja yang suka kemal," kata Linda.

 

Jonathan tak dibesarkan dari keluarga pianis. Ayah dan ibunya tidak paham soal musik. Ibunya bahkan tidak mengerti cara membaca not. Hanya kakeknya yang memiliki ke cintaan terhadap musik. Meski begitu, Linda tetap mendukung Jonathan.

 

Linda tak kesulitan mengarahkan Jonathan. Sebab, putranya sudah jatuh cinta terhadap musik klasik. "Sampai kadang bukannya saya suruh latihan, malah saya suruh istirahat dulu," ujarnya.

 

Piano dan musik klasik tak menjadi penghalang bagi Jonathan mengejar bidang akademik. Tetapi, dia memilih homeschooling agar waktunya lebih fleksibel. Saat ini, Jonathan sudah ke las 12.

Resital Solo Jonathan Kuo

Pergulatan Siswa SPI Menggapai Mimpi

Oleh: Shelbi Asrianti

Robet (Aldi Maldini), anak seorang penjual cilok di Pacitan, selalu malas belajar. Dia menganggap itu sia-sia karena pada akhirnya hanya akan mewarisi pekerjaan sang ayah.

 

Setelah diterima menjadi siswa SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI)di Kota Batu, Jawa Timur, gelagatnya tak berubah. Robet tetap bandel, seperti suka merokok dan minum alkohol.

 

Padahal, sekolah yang didirikan Julianto Eka Putra (Verdi Solaiman) itu merupakan sekolah istimewa. Sekolah hanya menerima siswa yatim piatu, dhuafa, dan yang tidak mampu, tanpa biaya sepeser pun.

 

Robet belum memahami keistimewaan dirinya yang memiliki kesempatan bersekolah di sana. Dia terus berbuat onar, salah satunya melanggar aturan sekolah untuk tidak berpacaran.

 

Kenakalan Robet kian menjadi- jadi, sampai tidak lagi bisa ditoleransi. Dia pun terancam dikeluarkan. Dalam kondisi mendesak, suatu peristiwa menyadarkan Robet tentang pentingnya pendidikan.

 

Kisah Robet hadir dalam film Say I Love You yang tayang di bios kop mulai 4 Juli 2019. Ti dak hanya remaja itu, diki sahkan pula sejumlah kawannya yang bersekolah di SMA SPI.

 

Dinamika mereka beradaptasi di sekolah spesial tersebut bakal dikupas dalam film arahan sutradara Faozan Rizal. Begitu pula sosok Julianto yang sangat kharismatik dan bekerja tanpa pamrih untuk pendidikan.

Menariknya, sosok Julianto, Robet, dan para siswa lain di SMA SPI adalah orang-orang yang ada di dunia nyata. Sekolah itu mulai dibangun pada 2005 dan menerima angkatan pertama pada 2007.

 

Kiprah SPI membuat sekolah mendapat penghargaan Kick Andy Heroes pada 2018. Selain mendapat pendidikan gratis, para siswa juga dibekali keahlian menjadi wirausahawan yang independen.

 

Menurut Julianto, inisiatif mengangkat kisah SMA SPI dalam film tidak datang dari dirinya maupun pihak sekolah. Rumah produksi dan tim meminta izin untuk mengadaptasi kisah nyata itu menjadi film.

 

Tujuannya mendirikan sekolah adalah supaya anak-anak yang kurang ber untung tidak putus se kolah. Saat awal berdiri, angkatan pertama SMA SPI terdiri atas 30 siswa dari Sumatra sampai Papua,termasuk Robet.

 

Mereka semua memiliki karakter berbeda, punya kelebihan, tapi juga memendam luka dalam diri masing-masing. Salah satunya, akibat kondisi keluarga tidak utuh, kendala finansial, atau malah tidak pernah mengenal ayah ibunya.

 

"Kami belajar bersama-sama, saling menerima perbedaan, saling menyembuhkan dan berjuang bersama mencapai tujuan," kata Julianto yang menciptakan lagu tema film berjudul sama.

 

Saat terpilih memerankan Julianto, aktor Verdi Solaiman mengaku merasa terbebani. Pa salnya, menurut dia, Julianto adalah tokoh besar yang punya tempat istimewa di hati banyak orang.

 

Tidak hanya berhasil mendirikan sekolah luar biasa, Julianto pun bisa merangkul para siswanya, mengantarkan sampai mereka sukses. Verdi sangat terkesan saat berkeliling di SMA SPI.

 

Dia berharap, penonton anak maupun dewasa yang menyimak film bisa merasakan energi positif SMA SPI. Banyak pelajaran hidup dan nilai-nilai positif yang dia dapat kan selama proses syuting di Kota Batu.

 

Para siswa di SMA SPI seperti representasi Indonesia mini yang sama-sama mengejar mimpi. Bukan cuma penonton yang suka hiburan, film pun bakal bermanfaat disimak praktisi pendidikan, seperti guru dan kepala sekolah.

 

"Cara pendidikan yang out of the box, tidak konvensional, dengan cerita sukses yang ada dan benar-benar nyata. Kalau penasaran, tonton filmnya," kata Verdi.

Membintangi film Say I Love You menjadi tantangan yang cukup berbeda bagi Aldi Mandini. Ini pertama kalinya dia memerankan seseorang yang benar-benar ada di dunia nyata.

 

Untuk pendalaman peran, Aldi mendekatkan diri dengan sosok Robet. Sebelum, selama, sampai setelah syuting di SMA SPI, Aldi tidak pernah lepas dari sisi Robet.

 

Dia melihat cara Robet bicara, mendalami cara berpikirnya, bahkan tidur di tempat Robet biasa melakoni kerja multimedianya. Semua itu diharapkan Aldi bisa membuat dia masuk dalam karakter.

 

Menurut Aldi, Robet adalah anak muda yang sangat menginspirasi. Walau semula dikenal bengal, di balik itu dia punya kemauan menjadi orang sukses dan melakoni perjuangan yang tidak mudah.

 

Aktor 19 tahun itu menyadari perubahannya setelah syuting film Say I Love You. Aldi yang semula memiliki ego tinggi mulai melunak dan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki.

 

Dia juga terpanggil untuk menjadi wirausaha muda, seperti para siswa SMA SPI. Beberapa bulan setelah syuting film rampung, Aldi memulai usaha lini busana miliknya sendiri.

 

"Harus nonton karena film ini keren banget, semoga bisa menginspirasi banyak orang dengan pesan-pesan baiknya," kata Aldi.

 

Selain menjadi pemeran, Aldi menyanyikan lagu tema film, berduet dengan penyanyi Ashira Zamita. Film turut dibintangi Dinda Ha uw, Rachel Amanda, Teuku Rifnu Wikana, Butet Kertaredjasa, dan Olga Lydia.

Foto-foto: Shelbi Asrianti

Qommarria Rostanti

Redaktur

Foto-foto: Dok Rhdprod/Yayat

Judul: Say I Love You

Jenis film: Drama, komedi, romantis

Produser: Peter Chia, Budi Yulianto, Brandon Chia, Su Mae, Sahrul Gibran

Sutradara: Faozan Rizal

Penulis: Alim Sudio, Endik Koeswoyo

Produksi: Multi Buana Kreasindo

Pemain: Verdi Solaiman, Dinda Hauw, Alvaro Maldini Siregar, Rachel Amanda, Teuku Ryzki, Nadira Octova, Shenina Cinnamon, Ashilla Zahrantiara, Olga Lidya, Butet kertarejasa

Durasi: 106 menit